SEMARANG, KOMPAS.com - Warga Kota Semarang, Jawa Tengah punya cara unik untuk menjaga kebersihan di lingkungannya. Selain membiasakan untuk hidup sehat, warga kini mulai memanfaatkan selokan atau parit menjadi tempat untuk pemeliharaan ikan.
Warga Semarang pun tak hanya memelihara ikan di dalam kolam. Di dalam selokan, warga mencoba menyebar ikan. Namun sebelum benih ikan disebar, selokan tentunya harus bersih dari sampah.
Warga diajak menjaga kebersihan melalui konsep ini. Pemeliharaan ikan ini misalnya mulai dilakukan warga di RW 4 Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Selokan mulai disebar benih ikan untuk selanjutnya dibesarkan.
Hal yang sama dilakukan warga di Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Mijen. Warga mulai memanfaatkan parit untuk beternak ikan. Warga kelurahan lain didorong untuk memanfaatkan metode ini.
Baca: Swasta Dirangkul untuk Bangun Fasilitas Publik di Kota Semarang
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pun ikut terjun dalam gerakan "Selokan Bersih" itu. Senin (25/9/2017) siang tadi, Hendrar ikut menyebar 20.000 benih ikan di Kelurahan Mangkang.
Ia terus mengajak masyarakat melalui gerakan Selokan Bersih itu. Ke depan, parit yang akan disebar yaitu di Kelurahan Lamper di Kecamatan Semarang Selatan.
"Nanti ada 16 titik di seluruh Kota Semarang. Targetnya tahun ini masing-masing kecamatan punya 1 selokan percontohan," kata Hendrar.
Melalui gerakan Selokan Bersih, Wali Kota mengajak warganya tak lagi membuang sampah sembarangan. Parit tidak boleh lagi terkotori oleh sampah.
Baca juga: Semarang Gerak Cepat Tangani Krisis Air
Hendrar menambahkan, gerakan Selokan Bersih pada intinya mengajak masyarakat menjaga kebersihan selokan dan saluran yang ada di lingkungan sekitar.
Gerakan Selokan Bersih ada tiga kategori, yaitu pertama membersihkan saluran secara rutin, kedua memelihara ikannya dan ketiga tidak lagi membuang sampah di saluran. Penyebaran benih ikan juga sekaligus meningkatkan produktifitas ikan.
"Kalau salurannya kotor, ikan tidak bisa hidup. Kalau ikan tidak bisa hidup maka masyarakat tidak mendapatkan tambahan penghasilan. Jadi, masyarakat harus menjaga saluran-saluran ini," katanya.
Ikan yang ada di parit pun dipersilahkan untuk dikelola secara swadaya. Dalam prosesnya ikan tidak boleh diambil ataupun dipancing.
“Nanti kalau sudah besar silahkan kalau mau dibuat ikan bakar, atau dijual ke pasar dan hasilnya untuk pembangunan wilayah sekitar juga boleh," rayunya.
Tren pembibitan ikan sebelumnya pernah dilakukan warga di Kabupaten Klaten. Kala itu, Joko Sucipto (76), memelihara ikan koi di selokan depan rumahnya.
Ikan koi pun tumbuh besar dengan memanfaatkan air segar dari Umbul Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten. Pemeliharaan ikan koi di selokan itu pun terlihat indah, dan bersih dari sampah. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)