KOMPAS.com - Wali Kota (Walkot) Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti bersama Wakil Wali Kota (Wawalkot) Semarang Iswar Aminuddin meninjau lokasi banjir di Gebangsari, Genuk serta Rumah Pompa Kali Tenggang, Senin (10/3/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Agustina menegaskan, penanganan banjir akan menjadi prioritas utama Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, terutama terkait infrastruktur pengendalian banjir.
Dirinya juga mengungkapkan, curah hujan yang sangat tinggi dalam durasi lama menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir tidak kunjung surut.
Namun, Agustina mengakui, kapasitas infrastruktur yang ada saat ini belum mampu menampung debit air yang besar.
Baca juga: Pemkot Semarang Wajibkan Sekolah Kirim Proposal Sebelum Study Tour, Ini Syaratnya
“Penanganan banjir akan jadi prioritas nomor satu. Kami ingin masyarakat memahami bahwa banjir tidak segera surut karena berbagai faktor, yakni curah hujan yang tinggi dan infrastruktur yang belum mampu menampung volume air menjadi penyebab utama,” ujar Agustina melalui siaran persnya, Kamis (11/3/2025).
Ia juga menyoroti kondisi pompa di Rumah Pompa Kali Tenggang yang tidak beroperasi dengan optimal. Dari enam unit pompa yang tersedia, hanya dua yang berfungsi.
“Walaupun kapasitas yang lain sudah dibantu pompa kecil, tetap saja tidak mencukupi karena debit air yang masuk terlalu besar,” jelasnya.
Kerusakan pompa itu, kata Agustina, turut memperburuk situasi yang ada. Pompa pertama disebut mampat karena sampah dengan ban karet yang menyangkut sehingga menimbulkan korseleting.
Baca juga: Pemkot Semarang Mulai Betonisasi Jalan Bergelombang di Shelter BRT Jalan Pemuda
"Ini bukan penyebab utama, tetapi kita harus sama-sama merawat,” tuturnya.
Sebagai langkah penanganan, perbaikan pompa akan segera dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Ia berharap proses ini bisa dipercepat agar banjir dapat lebih terkendali.
“Kami akan bekerja semaksimal mungkin. Setelah proses perubahan anggaran selesai, kami akan mendeteksi infrastruktur yang paling utama untuk mendukung antisipasi kiriman air dari atas ke Genuk,” ungkapnya.
Solusi lain yang tengah dipertimbangkan adalah pembangunan kolam penampungan atau pengerukan sedimentasi guna mengurangi pendangkalan.
Agustina menegaskan, penanganan banjir di Semarang tidak bisa dilakukan secara parsial, termasuk penanganan saluran air dari Gayamsari, Tlogosari, dan sekitarnya.
Adapun penanganan banjir menjadi salah satu program 100 hari kepemimpinan Agustina-Iswar sehingga pihaknya akan memastikan program ini berjalan.
“Nanti kami tinggal panggil Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), lalu kami lakukan proses perubahan anggaran utamanya untuk infrastruktur penanganan banjir," ucapnya.