SEMARANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang mengapresiasi Festival Gambang Semarang 2017 yang digelar Selasa (29/8/2017). Peningkatan jumlah peserta festival menandakan tumbuhnya semangat masyarakat untuk melestarikan budaya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, festival tersebut juga sebagai upaya mengembangkan kesenian. Khususnya, di kalangan generasi muda.
Menurut dia, Festival Gambang Semarang berdampak pada besar pada komitmen dan semangat kaum muda melestarikan budaya asli Kota Semarang, yakni tari Gambang Semarang.
"Yang kedua, kami ingin ada hal-hal kreatif dan positif di mana anak-anak muda Kota Semarang memiliki kecintaan terhadap tari Gambang Semarang,” ujarnya.
Baca: Turis Mancanegara Ikut Semarakkan Perayaan HUT RI di Semarang
Festival tari, ia melanjutkan, juga dapat menghindarkan generasi muda dari bahaya tawuran, narkoba, dan seks bebas.
“Hal-hal negatif tersebut harus ditanggulangi, tetapi tidak bisa kalau hanya omong saja. Harus diarahkan supaya terhindar," katanya.
Pada tahun-tahun sebelumnya, festival tari hanya diikuti belasan kelompok penari. Namun, festival kali ini mampu menarik minat 50 kelompok tari.
"Dulu jumlah peserta kurang dari 20, terakhir tercatat hanya 16 peserta. Namun hari ini yang ikut 50 peserta," kata Hendrar.
Festival Tari Gambang Semarang digelar terbuka di Ciputra Mall Semarang. Para pengunjung yang datang di pusat perbelanjaan itu dibuat terkesima dengan nuansa tradisional, berupa alunan kendang dan nyanyian sinden.
Ratusan penari menghibur pengunjung dengan bergantian berlenggak-lenggok di atas panggung yang didirikan di atrium mall yang ada di kawasan Simpang Lima tersebut.
Kompetisi tari yang digelar tahunan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang itu diikuti peserta dari 16 kecamatan di Kota Semarang. Bahkan, perwakilan pelajar SMA dan SMK juga ikut festival seni itu.
Setiap grup tari diberi waktu selama tujuh menit untuk menampilkan karyanya. Setiap tarian juga diiringi lagu gado-gado yang dibawakan pemusik alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Pahat Etnik.
Pemerintah Kota Semarang sengaja memilih pusat perbelanjaan sebagai lokasi kompetisi. Tujuannya, imbuh Hendrar, menarik minat pengunjung dari luar kelompok tarik. Sehingga, pengunjung pusat perbelanjaan juga dapat mengenal budaya khas Semarangan.
"Kami ingin menggabungkan suasana mall dan budaya lokal. Kesenian tradisional akan terangkat grade-nya jika digelar di tempat eksklusif seperti mall atau hotel. Tidak hanya tampil pada acara-acara kelurahan saja,” katanya.
Para penari dalam Festival Gambang Semarang ini nantinya akan dinilai untuk memperebutkan gelar juara. Selain mendapat hadiah uang pembinaan, para pemenang lomba nantinya juga diprioritaskan untuk mengisi acara yang digelar Pemerintah Kota Semarang. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)