KOMPAS.com - Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menginstruksikan perangkat kecamatan dan kelurahan termasuk Dinas Pertanian (Distan) Semarang untuk melibatkan petani di kelompok tani (poktan) di Kecamatan Tugu dalam pelatihan dan edukasi penanaman biosalin.
Walkot yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengatakan, pengembangan teknologi biosalin sangat potensial untuk memanfaatkan lahan sawah yang sebelumnya tidak produktif.
Pasalnya, sebut dia, teknologi biosalin memungkinkan tanaman padi tumbuh subur di lahan dengan tingkat salinitas tinggi.
Inovasi tersebut terbukti meningkatkan hasil panen hingga mencapai 6-7 ton per hektar (ha), jauh lebih tinggi dibandingkan varietas padi biasa.
“Kita harus memastikan semua petani di sini memahami teknologi ini. Jangan sampai tetangga dekat justru tidak tahu, sedangkan benih sampai ke daerah lain,” katanya.
Baca juga: 7 Lokasi di Semarang Sempat Terendam Banjir, Begini Kondisinya Kini
Hal tersebut disampaikan dalam acara Gerakan Pembudayaan Pertanian Perkotaan di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Jumat (17/1/2025).
Dengan total luas lahan sawah sekitar 400 ha di Kecamatan Tugu, Mbak Ita optimistis program tersebut akan mendukung swasembada pangan.
Sebab, kata dia, bila terjadi surplus benih padi, beras tersebut bisa menjadi bahan konsumsi pangan di Kota Semarang.
Dia juga menegaskan keinginannya agar Kecamatan Tugu dijadikan percontohan penerapan teknologi biosalin di sektor pertanian sekaligus menjadi gudangnya benih biosalin.
“Semoga Tugu ini menjadi contoh untuk daerah lain bahwa lahan idle bisa menjadi persawahan produktif yang sangat luar biasa,” tuturnya dalam siaran pers, Selasa (21/1/2025).
Mbak Ita berharap, kawasan Tugu menjadi percontohan bahwa semua padi di kawasan ini merupakan produk biosalin dan dengan hasil lebih optimal untuk rawa dan daerah pesisir lainnya.
Baca juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, Pemkot Semarang Resmikan Embung Geomembran
Selain dilakukan tanam padi biosalin 1 dan 2, Mbak Ita juga meresmikan embung geomembran dan rumah produk olahan pertanian hasil kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bank Jateng, Pertamina, dan Perusahaan Gas Negara (PGN).
Mbak Ita mengapresiasi dukungan program tanggung jawab sosial (CSR) dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan dana hingga Rp 5 miliar untuk mendukung program ketahanan pangan.
"Geomembran ini bermanfaat dan dibutuhkan para petani sebagai sumber kolam penampungan air yang penting untuk pengairan sawah, khususnya saat kemarau," terangnya.
Mbak Ita menilai, kolaborasi tersebut menjadi solusi atas keterbatasan anggaran di sektor pertanian.
“Anggaran dinas pertanian kami memang kecil, tapi berkat bantuan BRIN, Bank Jateng, Pertamina, PGN dan lainnya, kami bisa mencapai target swasembada pangan lebih cepat,” katanya.
Baca juga: Dukung Swasembada Pangan, Pemkot Semarang Kenalkan Pertanian Terpadu di Sekolah