SEMARANG, KOMPAS.com - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menjelaskan seluruh water closet (WC) tidak permanen yang berada di atas sungai-sungai di Kota Semarang sudah dibongkar.
Upaya tersebut menjadi bagian dari normalisasi sungai agar tidak ada lagi sebutan WC terpanjang di dunia pada wilayah yang dipimpinnya itu.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Akhamad Muqowam menyebutkan kalau permasalahan Kota Semarang yang ada sejak dulu ada pada drainasenya.
“Saya kira yang menjadi persoalan di Kota Semarang dulu adalah drainasenya, yang membuat Semarang jadi punya sebutan WC terpanjang di dunia,” sebut Akhmad.
Akmad yang juga ketua Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni (DPP IKA) Universitas Diponegoro mengatakan itu dalam seminar Penanganan Rob dan Banjir di Kota Semarang di Balaikota Semarang.
(BACA JUGA: Pelayanan Publik Semarang Maksimal Karena Wali Kota Tidak Pencitraan)
Kemudian, Hendrar Prihadi pun menjabarkan bahwa Kali Semarang kini sudah dijadikan terbuka dengan konsep water front city.
“Contohnya sungai yang ada di belakang Pasar Kembang Kalisari, yang fungsinya saat ini sudah untuk wisata dan pemancingan," jelas Wali Kota yang akrab dipanggil Hendi itu dalam rilis yang Kompas.com terima Senin (9/9/2018).
Wali Kota yang juga Politisi PDI Perjuangan menegaskan jika Pemerintah Kota Semarang serius untuk tangani permasalahan rob dan banjir di Kota Semarang.
"Ada empat sistem drainase di Kota Semarang, lalu yang sudah selesai pembenahannya adalah sistem drainase Semarang Barat dan Semarang Tengah," jelasnya.
Selain pembangunan drainase, Pemkot Semarang melakukan pula beberapa program untuk mengatasi rob dan banjir.
Antara lain adalah normalisasi Banjir Kanal Barat, pembuatan Polder Semarang Utara, dan Pembuatan Waduk Jatibarang yang selesai pada 2013.
Setelah itu, Pemerintah Kota Semarang melanjutkan pula program pembangunan sistem drainase pengendalian rob dan banjir di wilayah Timur Kota Semarang.
"Alhamdulillah sekarang warga Bulu, warga di Tanah Mas dan di sekitar Lemah Gempal sudah tidak kena banjir dan rob," ujar Hendi.
(BACA JUGA: Banjir Rob di Pantura Semarang Tak Kunjung Surut, Ini Kata Menteri Basuki)
Lebih lanjut, Hendi menjelaskan kalau pembangunan sistem drainase pengendalian rob dan banjit dilanjutkan ke wilayah Timur karena ini mendesak juga.
Ini karena di sana ada lima sungai, yaitu Kali Banger, Kali Banjir Kanal Timur, Kali Tenggang, Kali Sringin dan kelima Kali Babon.
Menurut Hendi, jika program drainase di wilayah Timur ini tuntas, maka persoalan rob dan banjir di sepanjang Kaligawe yang merupakan jalur utama Pantura 2019 bisa terselesaikan.
Dengan demikian kendaraan yang melewati daerah tersebut bisa melintas dengan lancar.
"Kelima-limanya hari ini sedang dikerjakan Insya Allah tuntas di 2019. Jadi, warga yang lewat sepanjang Kaligawe bisa lancar, tidak ada rob, tidak ada banjir,” ujarnya.