JAKARTA, KOMPAS.com – Tak seperti biasanya, saat tengah malam, lampu penerangan Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat tetap terang benderang. Beberapa kelompok masyarakat dan komunitas larut menikmati suasana malam di ruang terbuka hijau (RTH). Fungsi taman kini berkembang, selain tempat interaksi sosial, juga ruang segar untuk melepas penat di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta.
Itulah wajah baru Jakarta masa kini, di mana lima RTH telah dibuka 24 jam, yaitu Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng, Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Literasi Marta Christina Tiahahu.
Kebijakan ini merupakan inisiatif dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang disahkan pada Jumat (16/5/2025). Ia berharap kebijakan ini bisa mendukung fungsi RTH sebagai taman yang inklusif bagi seluruh warga Jakarta. Menurutnya, taman kota tak hanya soal ruang hijau dan estetika, tapi juga bisa digunakan warga untuk menggelar berbagai kegiatan positif hingga malam hari.
“Saya gembira melihat animo masyarakat yang luar biasa dalam menyambut aktivasi taman 24 jam. Jakarta tak lagi hanya memiliki pusat perbelanjaan, tapi juga taman sebagai tempat warga berinteraksi, bersilaturahmi, dan berbagi ruang,” kata Pramono, seperti dikutip dari Jakarta.go.id, Jumat (16/5/2025)
Ia berharap, seluruh wilayah Jakarta nantinya memiliki akses taman 24 jam jika memenuhi standar kesiapan fasilitas. Pemerintah Provisi (Pemprov) DKI Jakarta siap menjalin kolaborasi inovatif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan komunitas.
Baca juga: Kecamatan Ciledug Libatkan Komunitas Lingkungan untuk Tangani Masalah Sampah di Jalan
"Selain taman, ada juga perpustakaan dan nantinya museum yang kami rencanakan (buka 24 jam). Nanti juga akan ada aktivitas yang kami siapkan agar semakin banyak ruang bagi warga Jakarta untuk mengekspresikan diri,” jelasnya.
Terkait keamanan, Pramono mengatakan, di kawasan taman 24 jam telah dipasang CCTV yang bisa dipantau oleh petugas keamanan. Ia juga berjanji akan meningkatkan keamanan taman.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Ivan Murcahyo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan taman dengan melakukan pendataan sesuai zona dan jadwal kegiatan.
“Masyarakat yang ingin berkegiatan atau aktivitas di taman akan didata dan disesuaikan jadwal sesuai zona areanya. Hal ini untuk mempermudah pemantauan dan pengaturan. Kami juga akan melibatkan berbagai unsur wilayah, seperti wali kota, RT, RW, dan warga sekitar untuk pengawasan,” papar Ivan.
Respons positif langsung datang dari masyarakat, salah satunya komunitas Ayo ke Taman. Co-founder Ayo ke Taman, Niken Prawestiti, menyebut kebijakan taman 24 jam sebagai terobosan penting. “Taman terbuka untuk semua dan beragam kegiatan positif. Ini penting, termasuk untuk para pekerja yang ingin bersantai setelah jam kantor. Mereka kini punya pilihan lain selain mal,” urainya seperti diwartakan Kompas.id beberapa waktu lalu.
Niken berharap, dengan dibukanya taman 24 jam, pemerintah juga memperhatikan RTH sebagai kombinasi ruang sosial dan pelestarian alam. Sebab, taman tidak melulu untuk kebutuhan manusia, tapi juga ruang penyegaran bagi kota yang dapat mengurangi polusi udara.
Baca juga: Polusi Udara Ancam Kesehatan Anak, Kemenkes Ingatkan Orang Tua Lebih Waspada
“Masyarakat perlu didorong agar lebih banyak berkegiatan di taman agar kebutuhan terhadap alam meningkat dan pada akhirnya lebih banyak taman yang dibangun,” ujarnya.
Niken menambahkan, aksesibilitas juga harus menjadi perhatian. Ia berharap pemerintah memperbaiki jalur pejalan kaki yang menghubungkan taman dengan transportasi publik, juga menambah fasilitas dasar, seperti toilet, tempat sampah, hingga petugas yang berjaga aktif.
Respons positif juga datang dari akademisi dan dosen perencanaan wilayah dan kota dari Universitas Indonesia (UI), Hendricus Andi Simarmata. Ia menilai taman 24 jam cocok dengan wajah Jakarta sebagai kota metropolitan yang tak pernah tidur.
“Pembukaan taman 24 jam akan memberikan ruang bagi pekerja yang ingin istirahat dari hiruk pikuk aktivitas hariannya,” kata Hendricus saat diwawancarai Kompas TV.
Terlebih, lanjut Hendricus, aktivitas ekonomi di Jakarta juga tak pernah berhenti, sejak pagi hingga malam hari. Jadi, taman bisa jadi opsi untuk istirahat.
Baca juga: Alasan Pedagang Tetap Bertahan di Pasar Taman Puring Meski Sepi Pengunjung
“Jakarta adalah kota dengan aktivitas sosial dan ekonomi yang berjalan 24 jam. Taman bisa jadi pilihan sebagai ruang untuk berkumpul yang dapat menurunkan tensi sosial di sekitarnya,” jelas Hendricus.
Meski demikian, menurutnya, ada hal yang perlu diperhatikan dari aktivasi taman 24 jam, terutama sisi keamanan. Perlu pengawasan ketat dari petugas agar taman tetap kondusif. (Rindu Pradipta Hestya)