KOMPAS.com - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti (Usakti) Yayat Supriyatna mengatakan bahwa pertemuan sejumlah tokoh penting pemimpin Jakarta dalam acara bertajuk “ Bentang Harapan JakASA” mencerminkan transisi kepemimpinan kota ini dari masa ke masa.
“Meskipun setiap pemimpin memiliki visi dan misi yang berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu membangun Jakarta sebagai kota yang lebih baik dan sejahtera bagi warganya,” ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (2/1/2025).
Seperti diketahui, sejumlah tokoh penting pemimpin Jakarta berkumpul di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta dalam acara “Bentang Harapan JakASA”, Selasa (31/12/2024). Tokoh yang dimaksud, yakni Sutiyoso, Fauzi Bowo, Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Syaiful Hidayat, Sumarsono, hingga Anies Baswedan.
Baca juga: Kerinduan Pegawai Pemprov Jakarta pada Anies Baswedan...
Acara tersebut bukan hanya menjadi ajang formal bagi para mantan gubernur Jakarta untuk menyampaikan harapan dan aspirasi mereka bagi masa depan kota, tetapi juga simbol harmoni dan persatuan yang melintasi generasi kepemimpinan.
Dalam acara Bentang Harapan JakASA, mereka menuliskan harapan masing-masing untuk Jakarta di atas vinil yang dibentangkan di Balai Kota.
“Pertemuan kemarin itu menarik karena mempertemukan antar-generasi kepemimpinan Jakarta. Ini menjadi jembatan yang menunjukkan bagaimana transformasi Jakarta dari masa lalu hingga kini menuju kota global yang lebih maju dan menyongsong usia lima abad,” jelas Yayat.
Baca juga: Bisakah Kota Global Direalisasikan di Indonesia?
Setiap gubernur Jakarta memberikan warna dan nuansa berbeda yang membentuk wajah kota, seperti sekarang ini. Ada yang melanjutkan program-program yang telah berhasil, ada juga yang melakukan pembaruan dan perbaikan.
Meski cara dan pendekatannya berbeda, setiap pemimpin Jakarta memiliki kontribusi penting dalam menjadikan kota ini seperti sekarang.
Yayat menambahkan bahwa perbedaan tersebut menunjukkan kreativitas dan dinamika dalam kepemimpinan.
Pada kesempatan tersebut, Yayat menyoroti kegiatan countdown menuju usia lima abad Jakarta.
Menurutnya, hitungan mundur tersebut bukan hanya simbol waktu, tetapi juga gambaran langkah maju yang harus terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama seluruh masyarakatnya.
“Kegiatan Bentang Harapan JakAsa adalah silaturahmi yang sangat positif. Kreatif dalam ide bukan berarti harus memutus silaturahmi. Pak Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta (Teguh Setyabudi) sangat berani dalam menggagas ide ini dan menghimpun para mantan gubernur. Kehadiran mereka melambangkan prinsip senasib sepenanggungan dalam kontribusi membangun Jakarta,” ujar Yayat.
Baca juga: Nusron Gandeng Basuki Percepat Pengukuran Tanah di IKN
Menurutnya, Jakarta bukanlah kota yang dibangun dari nol seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), melainkan sebuah kota yang terus berkembang, yang memiliki akar sejarah kuat.
Sejarah panjang Kota Jakarta adalah penanda penting dari masa lalu, yang kini tengah berkembang dengan tantangan dan peluang baru.
“Satu-satunya kota di Indonesia yang proses perubahannya sangat terlihat adalah Jakarta,” imbuh Yayat.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama (Menag) Nasarudin Umar memberikan apresiasi terhadap kegiatan Bentang Harapan JakAsa.
Ia menilai bahwa pertemuan para mantan gubernur Jakarta semakin menguatkan keyakinan bahwa kota ini dibangun dari nilai-nilai toleransi yang tinggi.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Pj Gubernur karena telah menjadikan Jakarta seperti Indonesia kecil. Menghimpun yang berserakan dan menyatukan yang berbeda. Kami sangat berharap Jakarta menjadi kiblat peradaban dunia Islam modern, kiblat percontohan untuk kesetaraan, toleransi antarumat beragama, dan kesetaraan gender,” ucap Nasarudin.