KOMPAS.com - Bupati Wonogiri Joko Sutopo mangatakan bahwa program Pemberdayaan Perempuan berupa penanaman jahe dan lengkuas menjadi momen yang tepat untuk bangkitkan ekonomi pascapandemi Covid-19.
“Sangat tepat kiranya program ini dilaksanakan pada saat masyarakat tengah dituntut untuk bangkit dari keterpurukan, pascabadai pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai sektor,” kata pria yang akrab disapa Jekek itu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (3/11/2022).
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat melakukan panen raya jahe dan lengkuas bersama Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Wonogiri Verawati Joko Sutopo di Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Rabu (2/11/2022).
Baca juga: Cara Menyimpan Berbagai Jenis Jahe agar Tetap Segar
Panen raya jahe dan lengkuas merupakan hasil kerja sama TP-PKK Wonogiri pada program Pemberdayaan Perempuan dengan beberapa pihak, yaitu PT Combiphar, Yayasan Persada, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.
Jekek mengungkapkan, kegiatan panen raya jahe dan lengkuas menjadi awal untuk membawa para wanita di Kabupaten Wonogiri melangkah setapak lebih maju.
Langkah setapak yang dimaksud adalah membangun karakter pribadi lebih berdaya melalui program keterampilan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
“Budaya menanam atau melakukan budi daya tanaman yang memiliki nilai produktif bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Kabupaten Wonogiri,” Ucap Jekek.
Hal yang baru, lanjut dia, adalah bagaimana budi daya tanaman yang dilakukan secara sederhana dalam keluarga mampu memberi kontribusi positif secara signifikan terhadap pemasukan keluarga.
Untuk itu, kata Jekek, setiap keluarga harus diberikan pemahaman bahwa budi daya tanaman dapat menjadi potensi keluarga sebagai salah satu usaha sampingan yang tidak membutuhkan banyak waktu dan perhatian.
Dengan demikian, hasil budi daya tanaman dapat memberikan tambahan penghasilan yang menjanjikan.
“Ada satu hal yang dapat kami cermati dari masyarakat di Kabupaten Wonogiri, yaitu harus melihat contoh yang nyata, kemudian akan tertarik untuk melakukan hal yang sama,” jelas Jekek.
Menurutnya, hasil dari suatu program akan sangat berbeda jika masyarakat hanya diberikan pemahaman, tidak dilibatkan atau diberikan contoh. Parahnya lagi, program ini kemudian hanya akan berhenti sebatas wacana.
Baca juga: Muncul Wacana Pengawasan Aset Kripto Bakal Dialihkan ke OJK, Ini Respons Bappebti
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Jekek menjelaskan, produk jahe Wonogiri pada 2019 sebesar 6.851 ton. Produk jahe pada kuartal III-2022 tercatat sebesar 16.300 ton
“Sementara itu, produk lengkuas pada 2019 sebesar 2,007 ton. Produk lengkuas pada kuartal III-2022 tercatat sebesar 1.569 ton.
Pada kesempatan tersebut, Jekek memberikan apresiasi kepada segenap unsur terkait utamanya dalam program pemberdayaan perempuan untuk penanaman jahe dan lengkuas.
Adapun unsur terkait tersebut, meliputi PT Combiphar, Yayasan Persada, TP-PKK kabupaten dan kecamatan, kelompok wanita tani (KWT), pemerintah kecamatan, desa, serta pihak Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terlaksananya program kerja sama tersebut,” tutur Jekek.
Jekek berharap, program PT Combiphar yang menyentuh dari hulu hingga hilir itu dapat berlanjut di masa yang akan datang.
Ia juga berharap, program kerja sama itu dapat ditingkatkan melalui pengembangan program di kecamatan lain. Utamanya daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan komoditas budi daya penanaman yang sama.
“Selain itu, dapat dikembangkan pula komoditas lain. Hal ini mengingat Kabupaten Wonogiri memiliki keragaman yang luar biasa,” ucap Jekek.