KOMPAS.com – Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri akan memperketat pengawasan hewan ternak yang dijual di seluruh pasar hewan untuk menghindari penyakit mulut dan kuku ( PMK).
Pria yang akrab disapa Jekek itu menjelaskan, strategi pengetatan pengawasan menjadi pilihan menjelang perayaan Idul Adha 1443 Hijriah (H). Terlebih, saat ini banyak muslim yang sudah mencari hewan ternak untuk dijadikan kurban.
“Menjelang Idul Adha, setiap hewan yang masuk akan diperiksa satu per satu untuk dipastikan bebas dari PMK. Lalu, dilakukan sterilisasi agar tidak terjadi penularan PMK antar hewan ternak yang dijual di pasar,” jelas Jekek dalam keterangan persnya, Rabu (22/6/2022).
Selain itu, Jekek telah berupaya mengajukan pemberian vitamin bagi hewan ternak yang terkena PMK kepada Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).
Baca juga: Bupati Jekek Minta CPNS dan PPPK Bersinergi Bersama Jawab Tantangan Kabupaten Wonogiri
“Sudah diajukan sebanyak 188 ribu dosis vaksin untuk diberikan ke beberapa hewan ternak yang masih sehat dan bebas dari PMK,” ungkap Jekek.
Sebelumnya, Jekek menutup seluruh pasar hewan hingga satu bulan setelah ditemukan kasus sapi terpapar PMK di Pasar Pracimantoro. Namun, penutupan pasar hewan ini tidak membuat kasus PMK menurun.
“Kami menutup seluruh pasar hewan di Kabupaten Wonogiri dengan harapan akan bisa mengendalikan penularan PMK. Sayangnya, kasus PMK malah semakin naik,” ucap Jekek.
Sebagai informasi, jumlah kasus sapi yang terpapar PMK di Kabupaten Wonogiri mencapai 374 ekor. Dari jumlah ini, terdapat 157 ekor sapi yang sudah dinyatakan sembuh, dua ekor mati di kandang, dan 12 ekor mati setelah dipotong pemiliknya.
Baca juga: 3 Strategi Bupati Jekek untuk Cegah Endemi PMK di Wonogiri
Maka dari itu, Bupati Jekek berinisiatif untuk mengganti strategi yang ada sebelumnya untuk mencegah penyebaran PMK.
“Kita memutuskan untuk mengganti strategi dengan melakukan pengawasan di pasar hewan lebih diperketat dan sterilisasi lokasi pasar,” kata Jekek.
Dibukanya kembali pasar tersebut, menurut Jekek, dilakukan karena masifnya permintaan jual-beli hewan ternak memasuki perayaan Idul Adha.
“Banyak warga yang membutuhkan hewan ternak untuk disembelih menjadi kurban, sehingga jual beli hewan ternak mengalami kenaikan yang drastis,” katanya.
Baca juga: Kasus PMK Terus Bertambah, Pemkab Wonogiri Perpanjang Penutupan Seluruh Pasar Hewan
Guna mengatisipasi penyebaran yang semakin tinggi, Jekek telah menyiapkan petugas di pasar untuk melakukan sterilisasi dengan penyemprotan disenfektan. Sapi-sapi yang masuk pun akan diperiksa agar bebas dari PMK.
“Petugas akan terus melakukan survei pada tiap sapi yang masuk ke pasar. Apabila ada yang terkena PMK akan langsung di kembalikan ke daerah asal. Karena hanya itu otoritas kami dan tidak bisa menyita apalagi menahan,” jelasnya.
Adapun petugas yang bertugas sudah disesuaikan dengan besar kecilnya skala pasar. Apabila skalanya kecil, maka petugasnya sedikit. Begitupun sebaliknya, jika pasar berskala besar, penempatan petugas jadi lebih banyak.
Ia menambahkan, apabila penutupan pasar hewan terus dilakukan, aktivitas peternak dipastikan akan macet.
Oleh karenanya, strategi baru itu diharapkan dapat menjadi langkah pencegahan penularan PMK sekaligus langkah untuk memulihkan ekonomi.
“( Strategi baru) ini diharapkan menjadi langkah baik untuk pencegahan dan menaikan ekonomi peternak. Kalau kami tutup, tidak akan ada aktivitas ekonomi, ya kasihan untuk peternak,” katanya.
Meski demikian, Jekek menyayangkan bahwa ada sejumlah pedagang perorangan yang nekat berjualan saat pasar hewan ditutup.
Kondisi itu, sebut dia, berpotensi menyebabkan tidak terkontrolnya sapi-sapi yang dijual kepada warga dari luar daerah.
“Salah satu contoh pedagang yang masih melakukan proses jual beli terjadi di Bulukerto. Proses transaksi tersebut tidak menggunakan media pasar hewan,” ungkapnya.