KOMPAS.com - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan, Pemerintah Kabupaten ( Pemkab) Wonogiri mengkaji kembali pemanfaatan ruang publik dan izin hajatan selama masa pandemi Covid-19.
"Pengkajian itu dilakukan menyusul melonjaknya kasus warga yang terpapar Covid-19 dan kematian akibat Covid-19 di Wonogiri," kata Joko Sutopo, Senin (14/12/2020).
Menurut Joko, lonjakan kasus tersebut terjadi setelah Pemkab Wonogiri memberikan ijin bagi warga yang ingin menggelar hajatan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Tak hanya itu, Joko mengatakan, pemberian ijin itu juga bersamaan dengan pemanfaatan ruang publik seperti alun-alun Pemkab Wonogiri.
Baca juga: Wujudkan Wonogiri Maju, Bupati Jekek Pastikan Profesionalitas Jajarannya
"Lonjakan kasus juga terjadi setelah tempat wisata di Wonogiri kembali dibuka secara terbatas setelah ditutup beberapa bulan selama Covid-19," imbuhnya.
Joko menuturkan, hingga Senin(14/12/2020) kasus positif Covid-19 di Kabupaten Wonogiri mencapai 892 orang.
"Dari jumlah itu, 810 orang sembuh, 31 dirawat di rumah sakit, sembilan isolasi mandiri dan 42 meninggal dunia," paparnya.
Terhadap persoalan lonjakan kasus itu, Joko menyatakan, Pemkab Wonogiri sudah menggelar rapat kordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 bersama Organisasi Perangkat Desa (OPD).
Baca juga: Penutupan Tempat Wisata Wonogiri Saat Libur Nataru Masih Belum Pasti
“Nanti kami lihat dulu evaluasinya seperti apa. Kalau memang penularannya cukup tinggi sesuai komitmen awal akan ambil kebijakan untuk menutup sementara sambil menunggu perkembangan di lapangan,” jelas Joko.
Selain itu, Joko yang akrab disapa Jekek mengatakan, Pemkab Wonogiri akan melihat statistik epidemiologi kasus Covid-19 yang akan disampaikan satuan gugus tugas.
"Untuk langkah penutupan, Pemkab Wonogiri akan terlebih dahulu mensosialisasikan ke publik sebelum liburan natal dan tahun baru," jelasnya.
Jekek menuturkan, sosialisasi itu dilakukan agar seluruh pihak memahami atas dasar pertimbangan pemerintah daerah.
Baca juga: Pemkab Wonogiri Ajak TNI, Dokter dan Perawat Turun ke Desa Sosialisasikan Protokol Kesehatan
Pada kesempatan yang sama, Jekek menyebut, melonjaknya kasus positif Covid-19 berasal dari klaster keluarga
"Klaster keluarga itu pemicunya dari pemudik yang membawa virus saat pulang ke kampung halaman dengan status orang tanpa gejala (OTG), lalu menulari anggota keluarganya," lanjutnya.
Jekek mengaku, kebanyakan pemudik pulang kampung halaman lantaran menghadiri hajatan yang digelar keluarga atau tetangganya di Wonogiri.
"Banyaknya pemudik yang pulang kampung ke Wonogiri terlihat dari statistik data yang menunjukkan tren kenaikkan di musim hajatan," jelasnya.
Baca juga: Bupati Jekek Tegaskan Siapa Pun Berhak Investasi di Wonogiri asalkan Prasyaratnya Terpenuhi
Untuk mengantisipasi penularan pada acara hajatan, kata Jekek, Pemkab Wonogiri sudah mengeluarkan surat edaran kepada publik.
"Sesuai edaran tersebut, masyarakat boleh melaksanakan hajatan tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, terukur dan terbatas," katanya lagi.
Masalahnya, sambung Jekek, budaya di Wonogiri bila tetangga atau keluarga menggelar hajatan, maka perantau banyak yang akan pulang ke kampung halaman.
Dengan demikian, Jekek menilai, persoalan kenaikkan kasus Covid-19 bukan terkait banyak sedikit tamu undangan yang hadir dalam hajatan.
Baca juga: Hasil Quick Count Pilkada Wonogiri, Paslon Petahana Klaim Menang Telak
Bupati Jekek menyebut, 42 kasus kematian dengan terkonfirmasi positif Covid-19 didominasi dari klaster perjalanan yang kesehariannya tinggal merantau di kota-kota besar.
Sementara itu, menurut Jekek, kasus kematian yang keseharian tinggal di Wonogiri sangat minim.
“Angka kematian itu setelah ditelusuri ternyata kebanyakan bukan domisil atau kesehariannya tidak di Wonogiri,” kata Jekek lagi.
Jekek mengungkapkan, rata-rata pasien yang meninggal karena Covid-19 memiliki riwayat kesehariannya beraktivitas atau bekerja di kota-kota besar.
Baca juga: Kabag Kesra Wonogiri Terkonfirmasi Positif Covid-19
Kemudian, sambung Jekek, masyarakat yang bekerja di kota besar itu pulang dengan alasan atau faktor tertentu dalam kondisi sakit atau orang tanpa gejala.
"Bahkan, beberapa kasus ditemukan perantau yang pulang sudah dalam kondisi kritis," sambung Jekek seperti dalam keterangan tertulisnya.
Jekek menuturkan, para perantau yang kritis itu kemudian dirawat dua atau tiga hari di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19.
“Berkaca dari tingginya kasus tersebut, mari lihat dulu siapa mereka. Asalnya darimana,” ujar Jekek.
Baca juga: Debat Pilkada Wonogiri, Paslon Harjo Soroti soal Investasi
Sementara itu, dalam acara yang sama, Jekek menuturkan, minimnya kasus kematian terkonfirmasi positif Covid-19 dari warga berdomisili di Wonogiri menunjukan sosialisasi pencegahan penularan corona berhasil di masyarakat.
"Dari sosialisasi itu masyarakat yang bermukim di Wonogiri memahami tentang bahaya Covid-19 dan sadar untuk ketat menerapkan protokol kesehatan agar tidak tertular Covid-19," imbuhnya.