KOMPAS.com - Bupati Wonogiri Joko Sutopo menegaskan, Pemerintah Kabupaten ( Pemkab) Wonogiri sudah menyiapkan ruang perawatan tambahan bila terjadi lonjakan kasus Covid-19. Penambahan tersebut merupakan hasil kerja sama Pemkab dengan Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammidyah.
"Ruang perawatan itu kami khususkan untuk pasien positif Covid-19 seperti pemudik yang tanpa gejala klinis,” kata Joko yang akrab disapa Jekek, dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (13/12/2020).
Baca juga: Sekolah Bakal Dibuka, Pemkab Wonogiri Terapkan Sistem Belajar Shift
Lebih lanjut, Jekek mengatakan, jumlah tempat tidur yang tersedia untuk penanganan pasien kasus Covid-19 di RS PKU Muhammadiyah Wonogiri sebanyak 20 tempat.
Penambahan itu, kata dia, dilakukan mengingat data terakhir, Jumat (11/12/2020), menyebutkan, kasus positif Covid-19 di Kabupaten Wonogiri mencapai 882 orang.
"Dari jumlah itu 802 dinyatakan sembuh, 31 dirawat di rumah sakit, tujuh isolasi mandiri, dan 42 meninggal dunia," kata Jekek.
Jekek juga menyebut, pasien positif Covid-19 dalam dua bulan terakhir melonjak tinggi.
"Padahal, dua bulan sebelumnya warga yang terpapar Covid-19 baru mencapai 263 orang," ujar Jekek.
Baca juga: Sekolah Bakal Dibuka, Pemkab Wonogiri Terapkan Sistem Belajar Shift
Menurut Jekek, hasil penelisikan tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, kenaikan jumlah warga yang terpapar corona paling banyak disumbang dari klaster perjalanan atau pemudik.
"Banyaknya perantau yang mudik ke Wonogiri lantaran ada aspek kebijakan yang tidak terintegrasi," imbuhnya.
Padahal, lanjut Jekek, semestinya saat diberlakukan PSBB, tidak boleh ada orang yang mudik dari Jakarta ke kampung halaman.
"Namun faktanya, perantau malah mudik dengan status orang tanpa gejala Covid-19," kata Jekek.
Tak hanya itu, Jekek mengatakan, dari penelusuran ditemukan pula bahwa pemudik dari kota besar umumnya sudah dalam keadaan sakit saat pulang kampung.
"Dengan demikian, saat tiba di Wonogiri, dalam beberapa hari kemudian meninggal dengan kondisi terkonfirmasi positif Covid-19," katanya..
Baca juga: Hasil Quick Count Pilkada Wonogiri, Paslon Petahana Klaim Menang Telak
Oleh karenanya, Pemkab Wonogiri mengeluarkan kebijakan khusus agar perantau yang mudik tidak menularkan Covid-19 di kampung halamannya.
Selain menyiapkan ruang rawat tambahan, sambung Jekek, Pemkab Wonogiri juga menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 juta bagi pasien kasus Covid-19 yang meninggal dunia.
"Biaya itu digunakan mulai dari pemulasaran hingga penguburan," kata Jekek seperti dalam keterangan tertulisnya.
Penyiapan anggaran pemulasaran diberlakukan menyusul banyak kasus kematian covid-19 dari klaster perjalanan (pemudik).
“Tenaga kesehatan dan kebutuhan peralatan medis juga sudah kami siapkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus dari klaster perjalanan,” ujar Jekek.
Baca juga: 5 Aktivitas Seru di Museum Sewu Rai Wonogiri, Bisa Sewa Kimono
Jekek pun meminta agar perantau yang pulang ke kampung halaman untuk segera melapor ke rukun tetangga (RT) setempat. Hal ini untuk mempermudah penelusuran kasus Covid-19.
"Namun, bila pulang dalam kondisi sakit, segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit untuk penanganan dan antisipasi penularan Covid-19," imbaunya.
Tak sampai di situ saja, Jekek mengatakan, untuk menggugah kesadaran warga, Pemkab Wonogiri kembali menyosialisasikan bahaya Covid-19 dan protokol kesehatan (prokes) di seluruh desa.
Ia berharap, sosialisasi itu dapat dipahami keluarga pemudik. Dengan demikian, saat anggota keluarga pulang dari perantauan, diarahkan untuk melapor ke RT.
“Dan kalau kondisi sakit tentu segera diarahkan ke puskesmas atau rumah sakit untuk penanganan dini,” tutur Jekek.