KOMPAS.com - Sejak pukul setengah enam pagi Waktu Indonesia Barat (WIB), dengan menggunakan kaos berkerah lengkap dan celana olahraga, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi terlihat duduk santai di atas sepeda merahnya.
Rupanya Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu sedang menunggu seluruh eselon dua di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk bersepeda keliling kota.
Bukan tanpa alasan Hendi mengajak bawahannya bersepeda keliling kota. Ia meyakini tanpa menggunakan mobil dinas seperti biasa, mereka dapat lebih peka terhadap kondisi kota yang dilewati.
Baca juga: Air Mancur Menari dan Atraksi Laser yang Memukau di Semarang
"Saya yang di depan, rutenya ikut saja," kata Hendi saat memberikan komando ke rombongan sepeda di Kota Semarang, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Saat hendak berangkat, Hendi mengingatkan timnya bahwa ini adalah kegiatan bersepeda santai, jadi tak perlu terburu-buru.
"Pagi ini kami sepeda santai, sehingga jangan cepat-cepat sepedanya, lihat sekeliling mana saja yang perlu dikoreksi," lanjut Wali Kota Semarang yang juga merupaka politisi PDI Perjuangan tersebut.
Hendi menambahkan bahwa rombongan tidak mengetahui rute yang akan dilewati. Tujuannya agar mereka melihat kondisi sebenarnya, bukan keadaan yang dipersiapkan karena akan dilewati pejabat.
Pukul enam lewat, Hendi dan rombongan sepedanya berangkat dari Balai Kota Semarang menuju Tugu Muda. Kemudian berturut-turut melintas ke Pasar Karangayu, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Pandanaran, Simpang Lima, Jalan Gajah Mada, Jalan Inpeksi Kali Semarang an kembali ke Balai Kota melalui gerbang belakang.
Baca juga: Cerita Wali Kota Semarang yang Resah Melihat Jembatan Berbahan Bambu
Perjalanan dari awal hingga akhir menghabiskan waktu tak kurang dari satu setengah jam, ini pun sudah termasuk waktu istirahat.
Hendi berharap kegiatan bersepeda itu dapat terus dilakukan lagi. Ini karena ia cukup sering berangkat ke kantor tanpa menggunakan mobil dan lebih memilih menggunakan sepeda atau motor.
"Sebenarnya pada intinya adalah bagaimana sedulur-sedulur saya, eselon dua juga bisa melihat yang dilihat oleh masyarakat umumnya, serta ikut merasakannya," terangnya.
Agar lebih merakyat, ia menambahkan pula, para eleselonya untuk naik angkutan umum.
"Selain ini banyak hal lain yang bisa dilakukan, misalnya dengan naik bus Trans Semarang bersama-sama, supaya bisa merasakan jalur pedestrian kurangnya dimana, bus BRT kurang nyamannya sebelah mana, dan seterusnya." pungkas Hendi.