KOMPAS.com - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengapresiasi pembangunan shelter Trans Semarang dan taman di kawasan Universitas Semarang di Jalan Arteri Soekarno Hatta,
Usai meresmikan halte dan taman yang dibangun secara swadaya oleh USM, Jumat (22/6), Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan bahwa pihaknya mengapresiasi dengan apa yang dilakukan oleh Universitas Semarang.
“Ada 2 poin yang kita peroleh dari pembangunan shelter dan taman di kampus USM ini, yaitu dapat mempercantik lingkungan karena penampilan shelter yang cantik, sejuk, dan memiliki estetika yang tinggi sekaligus berfungsi sebagai shelter. Semoga dapat dimanfaatkan warga Semarang,” kata Hendrar melalui pernyataan tertulis, Jumat (22/6/2018).
Partisipasi publik
Selain itu, pembangunan tersebut merupakan perwujudan dari konsep "Bergerak Bersama."
Pembangunan di Kota Semarang tidak dibiayai oleh APBD semata, melainkan swasta dan masyarakat juga ikut berpartisipasi.
Menurut Hendrar, bentuk fisik halte sangat baik dengan sirkulasi udara yang memadai.
Dengan demikian, pengguna Trans Semarang akan merasa nyaman menggunakan fasilitas umum tersebut.
“Apalagi lantainya dari granit. Saya minta kepada Kepala Dishub untuk cek RAB-nya jika memungkinkan dapat kita tiru untuk pembangunan shelter-shelter yang lain," ujarnya.
Ia meyakini Semarang akan menjadi lebih baik dan lebih hebat bila seluruh warganya peduli dengan Kota Semarang.
Kepedulian kampus
Salah seorang anggota tim pembangunan Shelter USM, Ir. H. Soeharsojo, mengatakan pembangunan shelter dan taman merupakan inisiasi dari Ketua Pembina dan Ketua pengurus Yayasan Alumni Undip.
“Dengan shelter yang cantik ini mudah-mudahan USM bisa memberikan sesuatu bagi Kota Semarang sebagai bentuk rasa cinta,” kata dia.
Shelter dibangun dengan granit tile seluas 52,2 meter persegi dan taman seluas 58 meter persegi.
Sementara, luas atap 36 meter persegi yang dilengkapi dengan jembatan penghubung dari taman ke shelter, pilar, pagar, railing tangga stainless steel, jalur difabel, serta lampu yang dapat menyala dan mati secara otomatis.
Pembangunan itu membutuhkan biaya Rp 250 juta yang dikerjakan secara swakelola oleh keluarga besar USM.