SEMARANG, KOMPAS.com - Rasio persentase jumlah wirausaha di Indonesia terus menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2014, hanya ada 1,67 persen penduduk di Indonesia yang menjadi wirausaha. Lantas, pada tahun 2016, menurut data BPS, jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 3,1 persen.
Namun ternyata, rasio wirausaha sebesar 3,1 persen itu masih belum sebanding dengan jumlah wirausaha di negara lain seperti Malaysia (5 persen), China (10 persen), Singapura (7 persen), Jepang (11 persen), apalagi Amerika (12 persen).
Berangkat dari situlah, dalam rangka mendukung upaya meningkatkan rasio wirausaha tersebut, di Kota Semarang ada sejumlah cara menarik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang untuk menarik minat masyarakat menjadi wirausaha.
Kredit Tanpa Agunan, dengan bunga terendah se-Indonesia
Pada Februari 2017, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meluncurkan sebuah program bernama Kredit Wibawa (Kredit Wirausaha Bangkit Jawara).
Dengan Kredit Wibawa, masyarakat di Kota Semarang bisa mendapatkan modal usaha hingga Rp 50 juta dengan bunga termurah se-Indonesia hanya 3 persen per tahun.
Tak cukup sampai disitu, melalui program Kredit Wibawa, Wali Kota Semarang yang juga akrab disapa Hendi ini juga memberikan skema opsi pinjaman tanpa agunan / tanpa jaminan.
“Dalam catatan kami sampai November tahun ini, sudah ada 510 wirausaha di Kota Semarang yang mendapatkan modal usaha tanpa agunan melalui program Kredit Wibawa ini," jelas Hendi.
“Dengan begini, masyarakat di Kota Semarang yang ingin menjadi wirausaha tidak perlu menjaminkan apa-apa untuk bisa mendapatkan kredit usaha," lanjutnya.
Menariknya, masyarakat pun dengan sangat mudah bisa mengikuti program Kredit Wibawa ini. Mereka bisa menghubungi call center (024) 3584-086, dan akan dipandu untuk pengajuannya.
Tempat usaha yang menarik
Tidak dapat dimungkiri, selain modal berupa uang, tersedianya tempat usaha yang representatif dan murah juga kerap menjadi kendala masyarakat untuk berwirausaha.
Namun hal tersebut sepertinya tidak berlaku untuk masyarakat Kota Semarang. Pasalnnya, Wali Kota Hendi menyediakan banyak ruang usaha yang representatif untuk membuka usaha, mulai dari Shelter PKL hingga pasar tradisional yang bersih dan indah.
Salah satunya adalah Pasar Bulu yang berada di Jalan Mgr Soegiyopronoto, Barusari, Kota Semarang.
Jauh dari kesan kumuh, Pasar Bulu didesain sangat kekinian dilengkapi dengan eskalator untuk memudahkan pengunjung berkeliling. Seperti sebuah pusat perbelanjaan modern, di lantai 1 Pasar Bulu juga terdapat zona kuliner dan cafe bagi masyarakat yang ingin memulai usaha kuliner.
“Perlu dicatat bahwa di Kota Semarang ini semua pasar tradisional kami revitalisasi tanpa melibatkan pihak ketiga," tutur Hendi.
“Hal ini dilakukan agar masyarakat yang ingin berjualan tidak perlu membayar biaya sewa yang tinggi," sambungnya.
Upaya revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh Hendi pun mendapat apresiasi dunia internasional. Tepatnya pada tanggal 21 September 2017, Hendi mendapatkan penghargaan Best Urban Design (Penataan Kota Terbaik) dari Singapore Institure Of Planners.
Penghargaan tersebut diterimanya atas desain revitalisasi Pasar Johar Semarang yang menarik dengan mempertimbangkan aspek ruang terbuka hijau.