SEMARANG, KOMPAS.com - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi ingin para pemuda-pemudi Semarang unggul dalam setiap bidang. Tidak hanya cerdas, pemuda juga harus peduli pada bangsanya.
Menurut dia, pemuda masa kini tak cukup hanya mengandalkan penampilan fisiknya. Generasi muda dituntut memiliki kecerdasan sekaligus kepedulian terhadap bangsanya.
"Pemuda hari ini, pemuda yang dibutuhkan negara itu yang pintar, yang punya prestasi, yang peduli bangsanya. Disabilitas juga sepanjang pintar, punya kepedulian akan dibutuhkan negara," kata Hendrar saat membuka kegiatan jurnalistik "Menghalau Hoax, Menebar Kabar Benar" di SMAN 12 Semarang, Rabu (8/11/2017).
Pemuda masa kini, lanjut Hendrar, tak hanya dituntut pintar dalam bidang akademik. Namun, orang muda juga harus mengembangkan keterampilan dan jiwa kepemimpinan.
Pendidikan formal sejak tingkat dasar hingga perguruan tinggi tidak menjamin seseorang mendapat pekerjaan yang layak. Namun, itu bukan berarti pemuda tidak perlu sekolah.
Sebab, pendidikan formal penting sebagai salah satu cara agar pemuda unggul dalam kompetisi meraih kesuksesan.
Untuk masuk di perusahaan besar di masa kini tidak cukup bermodal nilai bagus. Persaingan untuk masuk di dunia kerja pun kian sengit. "Pemuda yang dicari adalah pemuda yang juga mempunyai prestasi dan ketrampilan lainnya," ujarnya.
Menurut dia, pemuda mesti menguasai ketrampilan agar memiliki nilai tambah. "Kalau mau memenangkan pertandingan untuk dapat pekerjaan hebat, harus mulai bersaing sejak hari ini," ucapnya.
Oleh karenanya, Hendrar meminta pemuda untuk mulai menyiapkan bekal keterampilan tambahan sesuai bidang yang diminatinya. Bahkan, keterampilan itu mesti ditekuni sampai meraih juara, seperti olahraga dan bahasa asing.
"Tes akademik, itu pasti. Harus bisa mengerjakan, nilainya bagus. Setelah itu, yang ditanyakan punya keterampilan apa? yang bahasa Inggrisnya bagus langsung ngomong," katanya.
Namun bagi mereka yang tak punya keterampilan serta tidak bisa menunjukkan prestasi apa pun akan kalah bersaing dengan pihak lain.
Empat golongan
Di depan para siswa SMAN 12 Semarang, Wali Kota Semarang membeberkan empat kategori anak muda masa kini yang tak patut ditiru. Empat golongan itu sama-sama mengenyam pendidikan formal di sekolah, namun tersesat karena pergaulan bebas.
Pertama, anak muda yang tidak pintar dan tidak peduli pada bangsanya. Mereka, kata Hendrar, biasanya mencari aktualisasi diri melalui hal-hal tidak baik.
Kemudian kedua, pemuda yang ingin cepat terkenal, tapi dilakukan dengan cara mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang, hingga melakukan aksi balap liar.
Sementara golongan ketiga, pemuda yang pandai, namun tidak peduli dengan bangsanya. Hal itu misalnya orang yang diberi beasiswa di luar negeri, namun tak mau kembali ke negara asal dan membangun bangsanya.
Jenis golongan terakhir yaitu pemuda yang pintar, namun terjebak pada isu yang tidak benar.
"Yang terakhir ini contohnya apa? Yang suka nge-share berita hoax," paparnya.
Kepala SMAN 12 Semarang Kusno mengatakan, cara menangkal hoax di lingkungan sekolah dengan memaksimalkan peran guru bimbingan konseling (BK). Oleh karenanya, ia mengaku bersyukur karena sekolahnya mendapat pelatihan jurnalistik, yang salah satu materinya membahas informasi yang benar atau yang tidak.
Sementara itu, Kepala Perum LKBN Antara Jawa Tengah Zaenal Muttaqin mengatakan, pelatihan jurnalistik digelar di tiga sekolah secara bergiliran, yakni SMAN 12, SMAN 9, dan SMAN 10 Semarang. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)