KOMPAS.com - Kota Metro merupakan bagian dari 15 kabupaten atau kota di Provinsi Lampung. Kota ini memiliki luas wilayah 73,21 kilometer persegi (km²) atau 0,2 persen luas Lampung.
Kota yang terdiri dari lima kecamatan dan 22 kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk 174,216 jiwa dengan jumlah 54.828 kepala keluarga (KK), serta angka dependency ratio atau rasio ketergantungan 42,32 persen.
Melansir Kompas.com, Rabu (2/6/2021), rasio ketergantungan dapat dikaitkan dengan komposisi umur penduduk di suatu daerah. Perhitungan rasio ketergantungan dapat menjadi gambaran indikator keadaan ekonomi negara, apakah sudah maju atau masih dalam tahap negara berkembang.
Dengan rasio ketergantungan 42,32 persen, Kota Metro telah memasuki bonus demografi atau jumlah penduduk usia produktif yang lebih besar daripada usia nonproduktif, yakni kalangan anak-anak dan lanjut usia (lansia).
Bonus demografi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Ramai soal Daftar Kereta Ekonomi yang Kursinya Tidak Dimodifikasi dan Tetap Tegak, Ini Kata KAI
Berdasarkan skenario optimis, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 329,13 juta pada 2045 dan mencapai 337,99 juta pada 2050.
Jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dipertahankan dengan menjaga tingkat kelahiran pada replacement rate dan menjaga angka total fertility rate (TFR) atau jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan secara konstan setelah mencapai 2,0.
Pengendalian kuantitas penduduk menuju skenario optimistis berimplikasi pada perubahan struktur penduduk pada masa depan.
Pertama, jumlah penduduk produktif hingga tahun 2050 akan bertambah.
Kedua, Penurunan penduduk usia muda yang lebih lambat namun tetap meningkat setelah TFR berhasil ditahan.
Baca juga: Webinar UGM: Usia Muda Harus Mulai Waspada Diabetes Melitus
Ketiga, peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang berdampak pada peningkatan proporsi penduduk lansia (20 persen lebih banyak pada tahun 2045).
Untuk diketahui, kota yang dipimpin oleh Wahdi Siradjuddin itu masuk dalam level tinggi pembangunan dengan angka kemiskinan rendah di Provinsi Lampung.
Menurut World Health Organization (WHO), indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menempati urutan ke-130 dari 199 negara.
Kota Metro masuk pada level tinggi dalam IPM bersama Kota Bandar Lampung dari 15 kabupaten atau kota, dengan capaian 77,89 di tahun 2022.
Dari IPM tersebut, Kota Metro memiliki komposisi UHH sebesar 71,88 tahun yang artinya setiap bayi yang terlahir di kota ini mempunyai kesempatan untuk hidup sampai 72 tahun.
Baca juga: 3 Akibat Kekurangan Vitamin K pada Bayi
Setiap penduduk Metro usia 15 tahun pernah menempuh pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas dengan rata-rata lama sekolah 10:98 tahun.
Setiap penduduk Metro usia 7 tahun mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sampai pada jenjang perguruan tinggi atau harapan lama sekolah 14,76 tahun.
Sementara itu, rata-rata lama sekolah 10,98 tahun. Rincian angka-angka tersebut menempatkan Kota Metro sebagai kota dengan nilai tertinggi di Provinsi Lampung.
Oleh sebab itu, Kota Metro memerlukan strategi untuk mengoptimalkan bonus demografi guna memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar.
Pertama, membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) sejak dini dengan pendekatan siklus hidup.
Baca juga: Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang dan Bagannya
Kedua, menciptakan lapangan kerja yang berkualitas untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Ketiga, meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Keempat, meningkatkan partisipasi kerja perempuan, serta kelima, menguatkan literasi keuangan dan investasi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Metro diketahui sudah mencapai Universal Health Coverage (UHC) 99,94 persen. Dengan capaian ini, Kota Metro sudah melampaui target UHC Indonesia 2024 sebesar 95 persen.
Demikian pula dalam hal pendidikan, Pemkot Metro sudah memberikan beasiswa kepada anak didik berprestasi melalui "Kartu Metro Ceria."
Kartu Metro Ceria telah direalisasikan kepada 706 siswa sekolah dasar (SD) dan 1.584 siswa sekolah menengah (SMP), atau sebanyak 2.290 anak didik di Kota Metro.
Baca juga: Diduga Terjatuh Saat Latihan Silat, Pelajar SMP di Klaten Meninggal
Beasiswa tersebut merupakan salah satu tujuan Pemkot Metro menuju Generasi Emas Metro Cemerlang (Gemerlang).
Wali Kota Metro Wahdi Siradjuddin mengatakan, Metro lahir pada 9 Juni 1937 yang berarti bahwa kota ini masuk masa keemasan pada 2037 atau 100 tahun Kota Metro.
Menurutnya, upaya percepatan pembangunan harus dilakukan melalui sinergi berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha secara keseluruhan dalam polihelix.
“Sebab, saya (hanya) diberi amanah kepemimpinan bersama bapak Wakil Wali Qomaru Zaman hingga November 2024 dari masa kepemimpinan 26 Februari 2021,” ujar Wahdi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (30/5/2023).
Percepatan pembangunan tersebut, lanjut dia, juga harus sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026.
Baca juga: Jelang Lengser, Wagub DKI Klaim Hampir Semua Program RPJMD Sudah Direalisasikan
Pada kesempatan tersebut, Wahdi menjelaskan, Kota Metro diperkirakan mengalami peningkatan penduduk lansia dan menuju ageing population menuju 2037 berdasarkan skenario optimistis.
“Apabila Metro berhasil menyiapkan penduduk lansia yang sehat dan produktif pada masa depan, maka kota ini dapat memperpanjang periode bonus demografi yang berlanjut ke tahap kedua,” imbuhnya.
Proporsi penduduk non-produktif pada tahap tersebut, lanjut dia, lebih banyak disumbang oleh penduduk lansia yang jumlahnya semakin meningkat.
Dengan demikian, sebut Wahdi, Kota Metro harus mulai menerapkan kebijakan yang menunjang penuaan penduduk.
“Beberapa program yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan, antara lain perluasan jaminan sosial (jamsos), pengembangan program long-term care (LTC), memperpanjang usia pensiun, mempromosikan jaminan hari tua, serta mengembangkan skema lapangan pekerjaan ramah lansia,” ucapnya.
Baca juga: Herman Deru Minta Semua Pihak Dukung Program Sosial dan Pemberdayaan bagi Lansia
Lebih lanjut, Wahdi mengungkapkan, perubahan struktur penduduk juga berdampak pada faktor lain, seperti sarana pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pangan.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kata dia, perlu dilakukan penghitungan ulang terkait kebutuhan sarana pendidikan dan kesehatan.
“Sarana pendidikan tingkat awal seperti taman kanak-kanak (TK) dan SD tidak perlu dibangun di daerah yang mengalami penurunan TFR. Sebaliknya, daerah yang masih memiliki tingkat TFR tinggi,” jelas Wahdi.
Demikian juga dengan sarana kesehatan, kata dia, penambahan jumlah lansia yang signifikan pada masa mendatang membutuhkan rumah sakit (rs) ramah lansia atau RS Geriatrik.
Selain itu, dibutuhkan juga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang memiliki program pendampingan terhadap lansia.
Baca juga: Intervensi untuk Kesehatan Lansia
“Ke depan RS Sumber Sari memfokuskan sebagai pelayanan lansia,” imbuh Wahdi.
Selanjutnya sebagai kota, Wahdi menjelaskan, Kota Metro harus menyediakan dan memberi ruang selebar-lebarnya untuk pejalan kaki, sepeda sebagai sarana aktivitas yang menyehatkan.
“Sekarang ini banyak orang yang sakit karena kakinya sedikit melangkah. Hal lainnya tentu kita juga harus pikirkan kendaraan massal, seperti Bus Sekolah untuk Kota Layak Anak (KLA) dalam perlindungan dan pemenuhan hak anak,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Wahdi, dibutuhkan pula sistem transportasi yang menggambarkan masyarakat berada di ruang kota serta trotoar jalan utama yang walkable menuju kota inklusif.
Menurutnya, ruang publik yang nyaman bagi pejalan kaki bisa diberlakukan di publik space, seperti menata Samber Park dan memenuhi tujuh sapta pesona, demikian juga taman-taman yang ada di Kota Metro.
“Ruang-ruang di kota yang tidak luas ini ternyata banyak memberikan ruang publik yang cukup. Hanya sayang belum semua dirawat dengan berbasis budaya berpikir yang membumi,” imbuh Wahdi.
Kota Metro memasuki "Era Peradaban Tinggi"
Wahdi menjelaskan bahwa Kota Metro memasuki "Era Peradaban Tinggi" atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045.
Hal tersebut, kata Wahdi, ditandai dengan mereproduksi Karya "Cipta, Rasa, dan Karsa" di akhir RPJP Metro 2005-2025. Hal ini sebagai indikator dari "Berbudaya Belajar Tinggi" (Fase Internalizing).
“Perlu adanya gerakkan yang besar dan hebat untuk menuju masa keemasan tersebut yang sudah nyata di Kota Metro dan juga didukung oleh lembaga pendidikan swasta,” ujarnya.
Sebagai langkah lebih lanjut, Wahdi mengatakan, RPJP ke-II Periode 2025-2045 perlu dirancang dengan peta jalan pembangunan Kota Metro memasuki Era Indonesia Emas (100 tahun), sedangkan untuk Metro di usia emas (100 tahun) pada tahun 2037.
Baca juga: Mengamati Perkembangan Otak Anak di Usia Emas
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa periode Metro emas melalui empat tahap.
“Pertama, fase kreatif pada rentang usia 25 sampai 30 tahun. Kedua, fase inovatif pada rentang usia 30 sampai 35 tahun,” ucap Wahdi.
Ketiga, lanjut dia, fase inventif pada rentang usia 35 sampai 40 tahun. Keempat, fase penguasaan IPTEKS (kematangan) pada rentang usia 40 sampai 45 tahun.
Wahdi mengungkapkan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan yang paling rendah terlebih dahulu sebelum naik ke tingkat lebih tinggi, sampai mereka bisa mengaktualisasikan dirinya.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Abraham Maslow, psikolog yang berasal dari Amerika dan terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia.
Baca juga: Mengenal Arti Penting Trisila TNI AL: Disiplin, Hierarki, dan Kehormatan Militer
Adapun kebutuhan yang dimaksud, yaitu, pertama kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kedua, kebutuhan akan rasa aman (safety/security needs). Ketiga, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (social needs).
Keempat, kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) dan kelima kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
“Pembangunan berkelanjutan hakekatnya adalah pembangunan yang didasarkan akan kebutuhan masyarakat untuk minimal pemenuhan kebutuhan dasarnya,” ucap Wahdi.
Kebutuhan tersebut, lanjut dia, akan bisa terpenuhi bila dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah dalam sinergitas secara holistik, realistis, komprehensif dan cerdas-cermat, empati, responsif, ilmu-iman-ikhlas, amanah (CERIA).
Selain itu, sebut Wahdi, penerapan saripati dari 17 tujuan dan 169 elemen Sustainable Development Goals (SDGs) dalam pembangunan berkelanjutan juga diperlukan.
Baca juga: ASEAN Youth Innovation Challenge 2023, Prasmul Bahas 3 Isu SDGs ASEAN
”Adapun saripati yang dimaksud, yaitu pembangunan SDM dan lingkungan berkelanjutan sebagai investasi terbesar dalam memelihara kehidupan bumi,” jelasnya.
Hal tersebut adalah sebuah langkah besar menuju pengakuan terhadap kekuatan transformatif urbanisasi untuk pembangunan. Hal ini membutuhkan peran pemimpin-pemimpin daerah agar tercipta perubahan global secara bottom-up.
“Kota Metro dengan genetiknya yang baik tentu dapat mencapai sebagai kota yang berpredikat segala-galanya dalam Metro Emas 2037,” jelas Wahdi.