KOMPAS.com - Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan mengatakan, tanaman bawang merah organik sangat potensial dikembangkan di Kabupaten Jembrana.
Hal itu, sebut dia, terjadi karena Jembrana memiliki kesesuaian lahan yang menunjang pertumbuhan tanaman hortikultura.
"Artinya, potensi kita ada, tinggal bagaimana ke depan kita kembangkan. Dari sini kita bisa melihat bawang merah organik bisa dikembangkan di Jembrana. Mudah-mudahan para petani bisa termotivasi atas capaian hari ini," ungkapnya melalui siaran pers, Selasa (11/3/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Kembang Hartawan saat melaksanakan panen perdana bawang merah organik di Subak Telebus, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Senin (10/3/2025).
Baca juga: Resmi Pimpin Jembrana, Pasangan Bang Ipat Berkomitmen Kembangkan Potensi Daerah
Kembang menjelaskan, produksi bawang organik pada kesempatan itu merupakan bagian dari upaya mengendalikan inflasi, khususnya harga kebutuhan pokok di Jembrana menjelang Lebaran.
"Saya kira harga bawang akan normal di Kabupaten Jembrana. Terima kasih kepada PT Dasa Vayu Alam Sari yang sudah memberikan motivasi kepada masyarakat di Jembrana, ini luar biasa," ujarnya.
Sementara itu, owner PT Dasa Vayu Alam Sari Budi S Prasetyo mengatakan. program pengembangan bawang organik itu sudah didiskusikan sejak awal bersama Bupati dan Wakil Bupati Jembrana.
"Mungkin ada yang berpikir, kan Pak Bupati dan Pak Wakil Bupati baru dilantik bulan lalu, kok sekarang sudah panen, ajaib sekali. Ini tidak ajaib karena sudah didiskusikan sejak lama," katanya.
Budi menyebutkan, Bupati Kembang sangat mendukung sektor agribisnis, terutama pertanian organik.
"Jadi, ini bukan instan, bukan pencitraan, tetapi program yang sudah dicanangkan sejak tahun kemarin," ucapnya.
Baca juga: Berangkat Sekolah, Pelajar di Jembrana Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
Budi menambahkan, tantangan awal yang dihadapi, yakni pengolahan lahan dari lahan tidur dan transisi penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik 100 persen.
"Jadi sama sekali kita tidak menggunakan bahan kimia. Pestisidanya juga dari bahan organik. Desember kami olah lahan, Januari mulai menanam. Kami tahu masa perkembangan bawang merah itu 60 hari. Jadi, sangat masuk akal kami lakukan panen hari ini," tambahnya.
Budi menuturkan, siklus pertama penanaman bawang merah organik mampu menghasilkan 16,6 ton per hektar (ha).
"Harapannya, nanti pada siklus kedua, setelah kami lakukan perbaikan tanah, terus kemudian pupuk organik yang mengandung mikroba berjalan baik, tanahnya semakin baik produktivitasnya bisa menyentuh angka 20 ton," tuturnya.
Baca juga: Setengah Tahun Berlalu, Pelaku Pembunuhan Eks Bupati Jembrana Masih Misterius
Adapun dari segi harga, bawang merah organik di pasaran dihargai berkisar Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per kilogram (kg).
Namun, Budi menjelaskan, penjualan dilakukan secara on side dengan harga sekitar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kg.
"Jadi, panen 16,6 ton di 1 ha lahan nantinya bisa dikalikan Rp 20.000, hasilnya sudah Rp 320 juta. Itu sangat menjanjikan. Makanya, saya ajak petani untuk mengembangkan pertanian holtikultura, khususnya bawang merah organik," ajaknya.