KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sangat serius menangani kasus-kasus stunting di wilayahnya.
Penanganan stunting, kata dia, dilakukan demi menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul pada masa mendatang.
“SDM berkualitas akan terwujud bila Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar dapat menekan angka stunting,” ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (20/7/2023).
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkomitmen menyiapkan SDM berkualitas lewat berbagai program dan kebijakan.
Baca juga: Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan Besar, Kementerian KP Genjot SDM Berkualitas
Komitmen tersebut merupakan bentuk dukungan Pemprov Jabar dalam memenuhi salah satu syarat dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara adidaya pada 2045.
Lebih lanjut, Kang Emil mengatakan, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara adidaya. Salah satunya adalah memiliki SDM yang kompetitif, cerdas dan tangguh.
"Negara maju itu rata-rata (memiliki) SDM berkualitas dan sebagai pemimpin saya menyiapkan konsep itu supaya pada waktunya datang kita akan melahirkan generasi yang kompetitif, cerdas, dan tangguh," tuturnya.
Baca juga: Mengenal Dermapen Generasi Ke-4 , Inovasi Teknologi untuk Perawatan Bekas Jerawat
Sejauh ini, Jabar menjadi yang terbaik dalam penanganan penurunan stunting di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, Kang Emil menargetkan Provinsi Jabar untuk bisa mencapai zero stunting.
"Harus zero stunting dan sekarang Jabar menuju zero stunting setelah menjadi yang terbaik dalam penanganan penurunan stunting di Pulau Jawa," imbuhnya.
Kang Emil menjelaskan, Jabar secara bertahap berhasil menurunkan angka hingga 4 persen, dari jumlah kurang lebih 24,6 persen menjadi 20,2 persen.
Menurutnya, capaian tersebut lantaran adanya komitmen yang kuat, inovasi, serta kolaborasi antara provinsi, kabupaten, dan kota.
“Untuk itu diharapkan sampai akhir 2023, kami bisa menurunkan stunting menjadi 19,2 persen. Pada 2024 bisa turun lagi targetnya (prevalensi stunting ) jadi 14 persen. Saya rasa ini tantangan yang sangat luar biasa,” jelas Kang Emil.
Baca juga: Respons Kepala Bappenas, Wapres Yakin Prevalensi Stunting Turun 2024
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jabar Vini Adiani mengatakan bahwa penanganan stunting tidak hanya diselesaikan oleh pihaknya semata.
Menurutnya, strategi konvergensi dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah stunting secara spesifik dan sensitif.
“Jadi untuk masalah spesifik diselesaikan oleh kami Dinkes Jabar, sedangkan masalah sensitif dilakukan dinas di luar Dinkes Jabar,” kata Vini.
Ia mengatakan, terdapat lima pilar utama dalam strategi percepatan zero stunting.
Baca juga: Upaya Dinkes Jawa Barat Mewujudkan Zero Stunting
Salah satunya adalah meningkatkan komitmen dan visi kepemimpinan, baik dari pemprov, pemerintah daerah (pemda) kabupaten atau kota hingga pemerintah desa di Jabar.
“(Hal paling penting, yaitu) menguatkan regulasi dalam mendukung kebijakan program terkait gizi, pendampingan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) melalui surveilans gizi hingga meningkatkan kapasitas petugas dalam tata laksana gizi buruk,” jelas Vini.
Selain itu, lanjut dia, juga penting melakukan berbagai kegiatan praktik, seperti kampanye gizi seimbang dan gebyar minum tablet tambah darah (TTD) rematri serentak di Provinsi Jabar yang melibatkan 5.685 sekolah dengan rincian 38 persen satuan pendidikan dari total rematri 1.399.995 orang atau 64,5 persen sasaran.
Baca juga: Jurus Pemprov DKI Tekan Angka Kemiskinan di Jakarta, Salurkan Bansos Tepat Sasaran
“(Kegiatan) yang masih perlu digerakkan adalah intervensi bawah lima tahun (balita), mulai dari weight faltering (tidak naik satu kali), underweight, dan wasting hingga tidak ada lagi kasus stunting baru.
Adapun jumlah intervensi balita di Jabar yang tidak naik pada 2023 sebanyak 511.489 anak, underweight 181.484 anak, dan wasting 110.347 anak.