KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat ( Jabar) Ridwan Kamil meresmikan Rumah Sakit ( RS) Sariningsih milik Komando Daerah Militer (Kodam) III/Siliwangi di Jalan RE Martadinata (Riau) Nomor 11, Kota Bandung, Kamis (7/4/2022).
RS Sariningsih itu nantinya tak hanya diperuntukkan untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) saja, tetapi juga bagi aparatur sipil negara (ASN) militer beserta keluarga dan masyarakat umum.
"Seperti kami tahu, RS Sariningsih melayani hampir 90 persen warga umum. Jadi untuk keluarga militer kurang lebih 10 persen. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mendukung sepenuhnya, karena ini akan menambah kualitas kesehatan warga kami," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (8/4/2022).
Untuk diketahui, RS Sariningsih dibangun menggunakan dana hibah Pemprov Jabar sekitar Rp 50 miliar.
Baca juga: Peduli Kerukunan Budaya Sunda-Jawa, Kang Emil Siap Bantu Penerjemahan Kitab Babad Pajajaran
Selain memberikan bantuan untuk fisik rs, Kang Emil mengatakan, pihaknya akan membantu penambahan alat kesehatan dan gedung parkir.
"Tahap berikutnya adalah pengadaan kesehatan. Insya Allah kami bantu dan juga gedung parkir. Total di tahap satu ini sekitar Rp 50-an miliar nanti akan terus kami tambah," imbuhnya.
Menurut Kang Emil, pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat dalam mempersiapkan infrastruktur penunjang kesehatan untuk menghadapi krisis serupa.
Ke depannya, orang nomor satu se-Jabar itu juga menawarkan peluang kerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) untuk membangun sejumlah rs lain sebagai peningkatan indeks kesehatan di wilayahnya.
Baca juga: Ketua DPR: Amanat Konstitusi, Hak Ekonomi dan Kesehatan Warga Harus Dipenuhi Selama Pandemi
"Paling terakhir saya menawarkan kerja sama untuk membangun rs lagi. Kami butuh tanah-tanah negara atau di tanah lingkungan militer yang bisa menjalin kerja sama untuk kepentingan indeks rasio tingkat kesehatan Jabar," jelas Kang Emil.
Pada kesempatan tersebut, Kang Emil sempat melemparkan pujian terhadap konstruksi dan fasad atau wajah bangunan RS Sariningsih.
Pasalnya, RS Sariningsih masih mempertahankan bangunan heritage atau peninggalan yang menjadi ciri khas Kota Bandung sebagai destinasi wisata.
Sebagai arsitektur, Kang Emil menilai, gabungan konsep modern dan klasik RS Sariningsih nampak sangat serasi.
Baca juga: 10 Rekomendasi Film Bertema Arsitektur, Suguhkan Bangunan Menakjubkan
"Kebetulan karena berlokasi di Kota Bandung yang penuh dengan bangunan sejarah. Bangunan Belanda lama rs tetap dipertahankan. Sementara bangunan baru dibuat mengelilingi bangunan lamanya itu," ucapnya.
RS Sariningsih sendiri dibangun sejak zaman Belanda. Dulunya, rs ini sempat diduduki Jepang pada 1942-1945.
Kemudian, bangunan gedung berpindah kekuasaan di tangan tentara Pembela Tanah Air (Peta) pada 1945-1947. Dua tahun kemudian gedung ini diambil oleh tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) sampai tahun 1949.
Baca juga: Kedatangan NICA dan Sekutu Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Ketika Belanda benar- benar pergi meninggalkan Indonesia pada 1950, bangunan tersebut dijadikan tempat bersalin dan mengangkat Letnan Kolonel (Letkol) Soedarso sebagai kepala rs pada waktu itu.