KOMPAS.com – Kepala Bidang (Kabid) Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat ( Jabar) Lusi Lesminingwati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mengalami kontraksi sebesar 4,08 persen year on year (yoy).
Hal tersebut disampaikan saat membuka acara Gelar Produk Ekonomi Kreatif (Gekraf) 2021 di Gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (9/4/2021).
“Oleh karena itu, mau tidak mau upaya untuk menggerakkan perekonomian Jawa Barat, salah satunya dengan mendorong perkembangan ekonomi kreatif,” kata Lusi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (10/4/2021).
Upaya itu, kata Lusi, dilakukan melalui peningkatan kapasitas, pemberdayaan dan dukungan usaha kepada para pelaku usaha ekonomi kreatif di Jawa Barat (Jabar), yang dikemas melalui kolaborasi dengan pentaheliks ekonomi kreatif.
Baca juga: Khawatir Krisis Pangan, Wagub Jabar Minta Petani Tidak Alih Fungsikan Sawah
Adapun acara Gekraf 2021 tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar dan Disparbud Jabar untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
“Pemprov Jabar tentunya tidak bisa sendirian dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi khususnya dari bidang ekonomi kreatif ini. Untuk itu, kami berkolaborasi dengan menggandeng pentahelix,” tuturnya.
Lusi menjelaskan, pentahelix yang dimaksud meliputi kalangan akademisi, pelaku usaha, penyedia modal (dalam hal ini perbankan), dan perusahaan yang menyediakan program corporate social responsibility (CSR) untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha ekonomi kreatif.
Menurutnya, pemulihan ekonomi perlu disikapi melalui strategi bisnis yang komprehensif, demi mendukung eksistensi produk dan jasa ekonomi kreatif di Jabar.
Baca juga: 3 Juta Penganggur di Jabar Ditargetkan Dapat Kerja hingga 2023
Hal tersebut merujuk pada data resmi dari Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian pada 2021, yang memprediksi terjadinya perubahan pola konsumen pada produk dan jasa dalam negeri.
Sebab itu, acara Gekraf 2021 diadakan dengan tujuan memberikan informasi kepada para pelaku usaha ekonomi kreatif di Jabar melalui strategi akses pembiayaan usaha, hospitality, dan strategi bisnis oleh para ahli di bidangnya.
Kabid Industri Pariwisata Disparbud Jabar berharap, Gekraf 2021 mampu menjadi stimulus bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif dalam menghadapi tantangan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, Lusi juga berharap, Gekraf 2021 dapat menjadi salah satu media bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif untuk membuka peluang kerja sama, bermitra dengan para pelaku usaha pariwisata, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perbankan, dan lainnya.
Baca juga: Teken MoU dengan Tourism Malaysia, Jaswita Jabar: Kerja Sama Ini Menguntungkan
Untuk diketahui, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan potensi ekonomi kreatif tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan survei dari Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Jawa Barat dari Tahun 2010-2016 telah meningkat sebesar 82,27 persen, dengan rata-rata pertumbuhan 5,86 persen per tahun.
Tak hanya itu, Provinsi Jabar memiliki kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB) ekonomi kreatif yang cukup tinggi terhadap PDRB Ekonomi Kreatif Nasional, yaitu 11,81 persen, dengan rata-rata kontribusi 11,14 persen pada rentang 2010 hingga 2016.
Bahkan, menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pada 2020, ekonomi kreatif Jabar memiliki kontribusi yang tinggi bagi produk domestik bruto (PDB).
Baca juga: Bangga, Indonesia Jadi Inisiator Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia
Dari 16 sub sektor ekonomi kreatif yang ada, fashion, kuliner, dan kriya menjadi penyumbang terbesar pada struktur PDB dan ekspor produk ekonomi kreatif ke mancanegara.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan (Kemenparekraf), ketiga sub sektor tersebut memang menunjukkan persentase yang besar.
Sub sektor kuliner menempati urutan teratas dengan kontribusi sebesar 41 persen, disusul fashion sebesar 17 persen, kemudian kriya 14,9 persen.