KOMPAS.com - Lewat destinasi tur wisata sejarah jalur kereta api, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) berupaya menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara (wasman) asal Eropa.
Bukan tanpa alasan Disparbud Jabar merencanakan seperti itu, ini karena kunjungan wisman ke sana masih didominasi turus Asia, seperti Malaysia, Singapura, Jepang dan Tiongkok.
Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang atau meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Dari data itu, wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.
Baca juga: Dongkrak Pariwisata Jabar, Wagub Uu Dukung Maraton di Alam Terbuka
Berangkat dari data itu, Kepala Disparbud Jabar Dedi Taufik mendorong agar wisata sejarah jalur kereta api ke depannya menjadi daya tarik baru bagi turis asing khususnya Eropa.
"Saya yakin wisata sejarah dan alam itu akan diminati pelancong negara-negara Eropa seperti Belanda, Jerman dan Inggris," kata dia di Bandung, seperti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/8/2019),
Untuk itu, lanjut Dedi, pihaknya akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut.
Dengan demikian, diharapkan ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Ke depannya tentu kami siap dibuka untuk umum. Karena kami mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," ujar Dedi.
Dedi Taufik mengatakan tur ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah khususnya di bidang perkeretaapian. Mengingat, perkembangan kereta api di Indonesia tak lepas dari kolonialisme.
Dedi mengatakan, pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur dan mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda. Bahkan, hingga saat ini, jalur hingga stasiun peninggalan pemerintahan Belanda masih berfungsi.
"Kami ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi saja tapi juga destinasi wisata ke depannya," kata Dedi.
Untuk merealisasikan itu Disparbud Jabar menggelar event 'Smiling West Java Historical Railway Tour' yang berlangsung pada 21-22 Agustus 2019. Acara ini merupakan rangkaian peringatan HUT Provinsi Jabar ke 74.
Baca juga: Mudik Lewat Ambarawa? Coba Jajal Kereta Kayu Tua Bermesin Diesel
Ia menjelaskan 'Smiling West Java Historical Railway Tour' menjadi cara menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian. Terutama jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.
Dia mencontohkan gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor. Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk jenderal Belanda.
"Kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido (perbatasan Bogor-Sukabumi) dan Cisaat terdapat kuburan tentara eks Nazi," tutur dia.
Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan. Di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.
"Tujuan akhir tur ini kita ingin mengungkap bahwa keretapi yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," ucap dia.