KOMPAS.com – Pemperintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus medorong peningkatan pertanian dari berbagai aspek untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penduduk serta banyaknya lahan yang beralih fungsi menjadi non pertanian.
Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, Pemprov Jabar akan melakukan beberapa langkah untuk mendukung upaya tersebut.
“Langkah ke depan yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian," terang Iwa.
Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah menjaga ketersediaan air sepanjang waktu dengan membangun enam waduk, yang bekerja sama dengan pemerintah pusat.
Baca juga: Mengenal Karakter Kopi Jawa Barat yang Terkenal Manis dan Asam
Harapannya, indeks panen dapat meningkat dari biasanya dua kali dalam setahun, menjadi tiga kali dalam setahun.
"Walaupun ada penurunan luas lahan padi ataupun hortikultura, produktivitas per hektar ton meningkat. Jika sebelumnya 5 ton per hektar, sekarang mendekati 6,5 ton pada musim panen," tutur Iwa.
Langkah kedua, lanjut Iwa, adalah penggunaan air yang cukup dan juga pupuk yang tepat. Ketiga adalah pemeliharaan.
Kemudian langkah keempat, melakukan peningkatan pengetahuan petani soal bercocok tanam yang tepat.
Sementara itu, langka kelima merujuk pada jumlah petani yang semakin menurun. Oleh karena itu, menurut Iwa, petani yang ada saat ini harus dipertahankan dan dibekali dengan wawasan kewirausahaan.
Baca juga: Jawa Barat Ingin Ciptakan Petani Milenial
" Petani pun harus diupayakan mempunyai pengetahuan entrepreneur atau wirausaha baru," ucap Iwa dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (25/7/2019).
Pelatihan wirausaha
Untuk itu, Pemprov Jabar mengadakan Pelatihan Pemantapan Kewirausahaan bagi Petani dan Peninjauan Pameran Hasil Usaha Para Wirausaha Baru (WUB) di Aula Balai Pelatihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Bojong Picung, Cianjur, Selasa (23/7/19).
Selain pelatihan wirausaha, dalam kesempatan yang sama diadakan juga Gelar Alat Mesin Pertanian (Alsintan).
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Hendi J melaporkan, jumlah peserta pelatihan selama lima hari itu mencapai 90 orang.
Baca juga: Ridwan Kamil: Jawa Barat Terdepan Kembangkan Ekonomi Kreatif
Para peserta berasal dari Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta.
Ada juga peserta dari Kabupaten Subang, Kabupaten karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, hingga Kabupaten Bogor.
"Sasaran dari pelatihan ini, peserta akan mempunyai jaringan yang luas, agar lebih menarik dari segi packaging, perbaikan kualitas dari produk pangan (baik yang sudah diolah atau belum)," kata Hendi.
Pelatihan itu, menurut Iwa, merupakan langkah evaluasi bagi para petani dan pelaku usaha yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Pihaknya ingin melihat sejauh mana pelatihan tersebut berdampak pada peningkatan usaha pertanian.
Baca juga: KKN Wirausaha Unpad Bantu UKM Desa Masuk Pasar Digital
"Tadi saya evaluasi, dari 90 orang itu ternyata yang tadinya hanya dikerjakan sendiri, dipasarkan sendiri dan lain sebagainya. Sekarang dia sudah mempunyai tenaga kerja serta sudah ada peningkatan dari sisi kemasan dan sisi penjualan," imbuhnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Pemprov Jabar, wirausaha baru yang telah dilatih oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sejak 2015-2018 mencapai sekira 3.200 petani atau pelaku usaha.
Peningkatan pasar
Selain melatih petani, Iwa menjelaskan, Pemprov Jabar terus berupaya meningkatkan pasar pertanian. Khususnya melalui digitalisasi marketing.
Saat ini, Pemprov Jabar telah bekerja sama dengan berbagai marketplace dan pihak terkait, seperti Blibli.com dan Bukalapak.
Baca juga: Cara Angkasa Pura II Ikut Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Dengan begitu, diharapkan pertumbuhan ekonomi di Jabar yang mencapai angka 5,64 persen tetap terjaga. Tingkat inflasi pun tetap terjaga di kondisi wajar, yakni sebesar 3 persen.
Angka kemiskinan di Jabar pun mengalami penurunan. Pada 2017-2018 angkanya turun dari 8,7 persen menjadi 7,3 persen, atau terjadi penurunan sekitar 0,8 persen.
"Berdasarkan data dan fakta tersebut, kami semakin mantap untuk meningkatkan (pengetahuan) petani. Bukan hanya pengetahuan pertanian dan bahan baku yang dijual, tapi juga belajar (menjual) bahan jadi yang siap dimakan oleh masyarakat berikut juga memasarkannya," pungkas Iwa.