KOMPAS.com – Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat (Jabar) diproyeksikan akan menjadi pusat kargo terbesar dan logistik e-commerce di Indonesia melalui sarana kargo.
Menurut Sekretasris Daerah Provinsi Jabar Iwa Karniwa, peluang itu sangat terbuka mengingat belanja masyarakat, khususnya sektor e-commerce sangat tinggi.
Pusat logistik di parimeter Bandara Kertajati saat ini tersedia di atas lahan seluas 20 hektar. Kargo Bandara Kertajati untuk penyedia layanan domestik mulai dioperasikan April 2019 oleh PT Angkasa Pura Kargo (APK).
Sementara itu, penyedia layanan internasional mulai dibuka sejak Mei 2019 dan dioperasikan oleh PT Jasa Angkasa Semesta (JAS).
Pemerintah Provinsi Jabar pun kian serius menggodok rencana tersebut dengan melakukan audiensi antara Gubernur Jabar Ridwan Kamil dengan PT POS dan PT JAS, Jumat (10/5/2019).
“Prinsipnya kami mendengarkan usulan, melihat kondisi geografis, dan potensi ekonomi,” ujar Iwa dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (12/5/2019).
Karena itu, kata Iwa, pihak Pemprov Jabar akan bergerak cepat untuk merealisasikan rencana tersebut, namun tidak ingin menyalahi aturan.
“Sementara itu, (ketersediaan lahan) arahnya untuk e-commerce sekitar 20 hektar dulu. Ini baru penjajakan saja,” ungkap Iwa.
Disambut baik pengelola bandara
Pihak PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) menyambut baik rencana pemerintah tersebut. Menurut Direktur PT BIJB Muhamad Singgih, pihaknya saat ini terus menggenjot optimalisasi layanan penerbangan melalui target pasar potensial lainnya di komoditas non-penumpang.
Tujuannya agar Bandara Kertajati dapat menjadi alternatif dikebutuhan lainnya untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor logistik. Sebagai tujuan awal, kata Singgih, Bandara Kertajati diproyeksikan akan menjadi pusat hubungan pergerakan orang dan barang.
Singgih menjelaskan, mayoritas pergerakan barang itu berkutat di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jabar dan Banten. Jawa Barat sendiri memiliki sumbangsih terbesar secara nasional untuk pendistribusian barang keluar dengan angka 40 persen.
“Itu gagasan sangat baik. Saat dimana sekarang jumlah penumpang belum optimal, tapi kami sebagai bandara yang akan dioptimalkan melalui basis kargo e-commerce, ini jelas bagus,” ucap Singgih.
Dia menjelaskan, tahap awal kargo yang sudah siap saat ini seluas 4.500 meter persegi. Namun, jika kebutuhan terus meningkat, kawasan aerocity yang hanya berjarak dua kilometer dari bandara bisa menjadi pilihan tepat.
Sebab, kawasan yang mengusung konsep aerotropolis sebagai penyangga bandara itu menyediakan logistik hub di lahan seluas 400 hektar. Singgih pun menilai, kawasan tersebut siap untuk digunakan untuk menunjang kegiatan pusat logistik.
Lebih lanjut, Singgih menganggap, rencana itu dapat menjadi salah strategi untuk menumbuhkan keramaian di Bandara Kertajati dengan meningkatkan frekuensi penerbangan.