KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) berencana untuk mengaudit sistem kelistrikan di tiap rumah penduduk.
Dalam rencana itu, Pemprov Jabar menggandeng International Copper Association (ICA) yang didukung oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, program itu merupakan bagian rancangan West Java Resiliance Blue Print.
Kerja sama itu tertuang dalam Letter of Intent (LOI) yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan Direktur ICA Wilayah Asia Timur dan Tenggara Collin May di Aula Timur Kampus ITB, Kota Bandung, Senin (29/4/2019) kemarin.
"Sebagai pemimpin, saya harus menyiapkan kehidupan yang lebih selamat. Tapi gak ada datanya, atas masukan dari PBB, Jawa Barat akan dijadikan percontohan,” kata Emil, sapaan akrabnya.
Seperti dalam keterangan tertulisnya, Emil menjelaskan, nantinya tiap rumah di Jabar bakal diaudit dan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yakni aman, kurang aman dan tidak aman.
“Kepada rumah yang memiliki potensi kurang aman dan tidak aman, kami akan edukasi untuk mengganti (alat kelistrikan) dengan kualitas kelistrikan yang memadai, supaya tidak terjadi lagi 70 persen kebencanaan kebakaran datang dari peralatan listrik yang tidak berkualitas," imbuhnya.
Selain itu, melalui kerja sama tersebut akan diberikan pula edukasi kepada para petugas instalasi listrik yang ada di Jawa Barat.
"Jadi, akan diaudit alat-alat hingga instalasi kelistrikan. Kedua, kami juga akan mengedukasi petugasnya,” kata Emil.
Kerja sama Jabar-ICA terkait kampanye keselamatan kelistrikan ini mengambil tema Safety, Green, and Smart Electricity. Hal ini ditandai dengan pemberian sertifikat gratis bagi instalatur listrik. Sertifikat kompetensi ini diperlukan para tenaga ahli untuk menunjang kredibilitasnya.
Menurut Direktur ICA Wilayah Asia Timur dan Tenggara, Collin May, industri 4.0 dalam hal elektronik, listrik dan otomotif harus mempunyai tembaga yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
Perlu diketahui, tembaga memiliki tingkat konduktif 30 persen lebih tinggi dibandingkan logam lainnya yang berarti meningkatkan efisiensi.
Sedangkan dalam otomotif, tembaga merupakan material kunci untuk transportasi menjadi lebih bersih. Pada mobil listrik, jumlah penggunaan tembaga empat kali lebih banyak dibandingkan mobil konvensional.
Berdasarkan data Dari Dinas Pemadam Kebakaran di salah satu kota besar di Indonesia, pada 2016 telah terjadi kebakaran sebanyak 1.047 kasus dan 754 diantaranya disebabkan oleh tenaga listrik.
Sementara itu, pada 2017 ada sebanyak 1.185 kasus kebakaran dan 851 diantaranya disebabkan oleh tenaga listrik.
Penyebab kebakaran antara lain perawatan tidak sesuai standar, terdapat bagian listrik yang terbuka, isolasi kabel yang buruk, terjadi overload pada sistem instalasi listrik, kerusakan pada sistem instalasi listrik, penggunaan peralatan instalasi listrik yang standar, dan kondisi listrik yang buruk.
“Ini adalah sebuah kenyataan umum, tidak hanya di Indonesia tapi di beberapa negara bahwa pengguna atau konsumen tidak peduli dengan kabel listrik di rumahnya. Orang-orang mengira bahwa kabel listrik di rumah mereka sudah aman dan sistem pelistrikannya sudah diatur dan dicek,” ujar Collin May.