BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendorong daerah-daerah di Jawa Barat untuk turut serta dalam pengembangan games di tanah air. Potensi untuk menggarap games sangat banyak.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan pasar industri games Indonesia mencapai nilai Rp 40 triliun per tahun. Sayangnya, 90 persen industri games tersebut masih dikerjakan oleh perusahaan luar negeri.
"Potensi pasar Rp 40 triliun itu harus kembali ke Tanah Air, harus dikerjakan oleh anak-anak bangsa yang konsisten dan mengerti teknologi. Karena itu, Pemprov Jabar akan terus mendorong itu," kata Kang Emil usai meresmikan kantor PT Agate International di kawasan Summarecon, Gedebage, Kota Bandung, Selasa (23/4/19).
Untuk mendorong tujuan itu, lanjut Kang Emil, Pemprov Jabar akan segera menelurkan sejumlah kebijakan untuk mengembangkan ekonomi kreatif, di antaranya merancang Perda tentang ekonomi kreatif.
Tak hanya itu. Pemprov juga akan membangun gedung Creative Center di 27 kabupaten/kota dan mendirikan Badan Ekonomi Kreatif Daerah (Bekrafda).
"Pemprov akan membangun gedung creative center di tiap daerah. Jabar satu-satunya daerah di Indonesia yang punya perda ekonomi kreatif. Di tahun ini juga kami akan bentuk Bekrafda. Itulah dukungan pemerintah terhadap ekonomi kreatif, khususnya games, yang pasarnya besar dan menjadi wajah kita di masa depan," terang Emil.
Emil mencontohkan, PT Agate Internasional sebagai perusahaan pengembangan games yang didirikan oleh anak muda ini mampu meraup keuntungan Rp 14 miliar hanya dalam waktu tiga bulan.
Agate adalah satu perusahaan rintisan baru yang dibangun oleh anak-anak muda. Perusahaan yang berdiri di kawasan technopolis Bandung ini memproduksi games dan dipasarkan secara global.
"Kami mengapresiasi perusahaan ini supaya menjadi percontohan di Indonesia. Karya mereka dalam tiga bulan terjual hingga Rp14 miliar, karena games ini kan universal sifatnya dan konsumennya pun berskala internasional," ujarnya.
"Di Jabar itu banyak orang hebat, tapi yang tangguh sedikit. Makanya, jumlah startup banyak, tapi yang take off sedikit, karena itu harus konsisten seperti Agate," pungkas Emil.