Pemprov DKI Genjot Pembangunan Rusunawa, Pengamat: Langkah Strategis yang Realistis

Kompas.com - 22/10/2025, 14:58 WIB
Mikhael Gewati

Editor

JAKARTA, KOMPAS.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta tengah mengoptimalkan kehadiran rumah susun sewa ( rusunawa) untuk memudahkan warganya memiliki hunian layak.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan, hunian layak merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus diupayakan. Hal ini sejalan dengan upaya Pemprov DKI untuk menjadikan Jakarta sebagai kota maju, berkeadilan, dan berkarakter.

“Pembangunan rumah susun menjadi pilihan realistis mengingat terbatasnya lahan untuk rumah tapak di Jakarta. Untuk itu, kami akan terus meningkatkan kualitas dan ketersediaan hunian layak sesuai kebutuhan masyarakat,” kata Pramono, dikutip dari Jakarta.go.id, Senin (25/8/2025).

Pramono menambahkan, Jakarta telah menyediakan lebih dari 33.000 unit hunian dan 1.900 unit baru sehingga totalnya 34.900 unit hunian. Pemprov DKI akan terus meningkatkan kualitas dan ketersediaan hunian layak sesuai kebutuhan masyarakat Jakarta.

“Jakarta adalah salah satu daerah yang menggunakan sistem hunian vertikal dan hal ini akan terus kami kembangkan. Ke depan, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen memperluas ketersediaan hunian, baik sewa maupun milik, sehingga semakin banyak warga yang dapat mengakses rumah terjangkau dan berkualitas,” ucap Pramono.

Baca juga: Pendaftaran Rusunawa PIK Pulogadung Dibuka Hari Ini Pukul 10.00 WIB

Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta, Kelik Indriyanto, mengatakan, pihaknya terus berupaya menyediakan rusunawa dengan harga terjangkau.

Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 111 Tahun 2014 tentang Mekanisme Penghunian Rusunawa tentang sasaran program, yaitu menyasar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (BPR).

“Selama ini, penghuni nyaman tinggal di rusunawa karena mendapatkan banyak fasilitas dan program dari pemerintah pusat dan daerah. Berbagai program tersebut sebetulnya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup warga rusun,” kata Kelik.

Menurutnya, kebutuhan perumahan di Jakarta mencapai sekitar 1,8 juta unit hunian pada 2021. Jumlah ini, sangat tinggi dan tidak sebanding kebutuhan dari angka backlog, yang hanya sekitar rata-rata 1.030 unit per tahun sejak 1993.

“Kami terus berupaya untuk menyediakan rusunawa dengan harga terjangkau untuk masyarakat. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan rumah tinggal yang layak,” jelas Kelik.

Untuk diketahui, Pramono dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno meresmikan Rusunawa Jagakarsa pada Mei 2025. Sebanyak 723 unit telah disediakan bagi warga dengan berbagai fasilitas dan program di dalamnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi membuka Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Kamis (8/5/2025).Rachel Farahdiba R Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi membuka Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Kamis (8/5/2025).

Upaya Pemprov DKI Jakarta menghadirkan rusun, baik mendirikan baru maupun revitalisasi, mendapat perhatian dari pengamat tata kota, Yayat Supriyatna. Menurutnya, langkah ini merupakan strategi yang tepat untuk menghadirkan perumahan yang layak di tengah kondisi lahan yang terbatas.

“Rusun adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan karena adanya kualitas bangunan yang lebih baik, sanitasi yang optimal, air bersih yang cukup, dan pencahayaan yang lebih sehat” kata Yayat, diberitakan oleh Kompas.com, (26/7/2025).

Ia menambahkan, revitalisasi rusunawa sangat realistis untuk dilakukan, Bahkan, kata Yayat, hal ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang terinspirasi oleh Singapura dalam membangun hunian vertikal.

“Banyak warga yang terpaksa tinggal di wilayah pinggiran akibat keterbatasan hunian terjangkau dan rendahnya daya beli masyarakat,” jelas Yayat.

Mengambil data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Yayat menilai, hanya 56 persen penduduk Jakarta yang memiliki rumah. Akibatnya, banyak warga yang harus menggunakan 30 persen hingga 40 persen pengeluaran untuk biaya transportasi.

“Ini beban ekonomi yang besar. Oleh karena itu, program rusun harus fokus pada generasi produktif, yaitu usia 25 sampai 40 tahun, seperti generasi milenial dan gen Z. Kalau orang tua itu sulit pindah ke rusun karena sudah terbiasa dengan rumah tapak,” ucap Yayat.

Baca juga: Siapa yang Diprioritaskan Menghuni Rusunawa Jagakarsa?

Untuk mempercepat akses pembiayaan, Yayat juga berharap program rusun dapat dikaitkan dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bisa dengan pula instrumen pendanaan strategis, seperti Danantara, khususnya melalui perbankan Himbara.

Yayat menambahkan, perlu ada kerja sama dengan pihak-pihak penyedia hunian vertikal. Hal ini dapat mendorong optimalisasi pembangunan sekaligus melahirkan ekosistem rusun yang manusiawi, produktif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya generasi muda perkotaan.

“Lebih dari itu, pembangunan rusun tidak hanya sekadar pembangunan fisik, tapi juga transformasi hunian yang harus dibarengi dengan perubahan pola pikir masyarakat perkotaan. Jadi, perlu ada pendekatan kepada warga juga. Jakarta tidak akan pernah menjadi Kota Global kalau warganya tidak berubah,” papar Yayat. (Rindu Pradipta Hestya)

Terkini Lainnya
Pemprov DKI Jakarta Raih Peringkat Pertama dalam Pencegahan Korupsi Versi KPK

Pemprov DKI Jakarta Raih Peringkat Pertama dalam Pencegahan Korupsi Versi KPK

Jakarta Maju Bersama
Gubernur Pramono Soroti Peran Strategis Waduk Pluit Kendalikan Banjir Jakarta

Gubernur Pramono Soroti Peran Strategis Waduk Pluit Kendalikan Banjir Jakarta

Jakarta Maju Bersama
Pemprov DKI Perkuat Kampung Siaga TBC, Pengamat: Ini Langkah Tepat

Pemprov DKI Perkuat Kampung Siaga TBC, Pengamat: Ini Langkah Tepat

Jakarta Maju Bersama
Pemprov DKI Jakarta Perkuat Pemantauan Kualitas Udara lewat 111 SPKU Terintegrasi

Pemprov DKI Jakarta Perkuat Pemantauan Kualitas Udara lewat 111 SPKU Terintegrasi

Jakarta Maju Bersama
Segera Dibuka, Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung Siap Jadi Magnet Wisata Baru

Segera Dibuka, Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung Siap Jadi Magnet Wisata Baru

Jakarta Maju Bersama
Pemprov DKI Genjot Pembangunan Rusunawa, Pengamat: Langkah Strategis yang Realistis

Pemprov DKI Genjot Pembangunan Rusunawa, Pengamat: Langkah Strategis yang Realistis

Jakarta Maju Bersama
Dipadati Pengunjung, Kebun Binatang Ragunan Jadi Magnet Baru Wisata Malam Jakarta

Dipadati Pengunjung, Kebun Binatang Ragunan Jadi Magnet Baru Wisata Malam Jakarta

Jakarta Maju Bersama
Jakarta Berjuang Masuk Top 50 Kota Global lewat Pintu Budaya

Jakarta Berjuang Masuk Top 50 Kota Global lewat Pintu Budaya

Jakarta Maju Bersama
Pemprov DKI Jakarta Hadirkan Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung, Ruang Publik Baru Ikon Jaksel

Pemprov DKI Jakarta Hadirkan Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung, Ruang Publik Baru Ikon Jaksel

Jakarta Maju Bersama
Warga Sambut Baik Pemekaran Kapuk, Harap Pelayanan Publik Lebih Cepat dan Mudah

Warga Sambut Baik Pemekaran Kapuk, Harap Pelayanan Publik Lebih Cepat dan Mudah

Jakarta Maju Bersama
Taman Bugar Diresmikan, Jakarta Perkuat Paru-Paru Kota 

Taman Bugar Diresmikan, Jakarta Perkuat Paru-Paru Kota 

Jakarta Maju Bersama
Relaksasi Pajak DKI Dongkrak Perekonomian Masyarakat 

Relaksasi Pajak DKI Dongkrak Perekonomian Masyarakat 

Jakarta Maju Bersama
Sekolah Lansia di Jakarta Dukung Kehidupan Lebih Bermakna di Usia Senja

Sekolah Lansia di Jakarta Dukung Kehidupan Lebih Bermakna di Usia Senja

Jakarta Maju Bersama
Buka 31 Proyek Potensial, JIF 2025 Targetkan Investasi Rp 430,9 Triliun

Buka 31 Proyek Potensial, JIF 2025 Targetkan Investasi Rp 430,9 Triliun

Jakarta Maju Bersama
Pembukaan Tol Fatmawati 2 Kurangi Macet TB Simatupang, Gratis Hingga Oktober 2025

Pembukaan Tol Fatmawati 2 Kurangi Macet TB Simatupang, Gratis Hingga Oktober 2025

Jakarta Maju Bersama
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com