JAKARTA, KOMPAS.com – Tiga taman ikonik di Jakarta Selatan yang sudah dibuka 24 jam akan digabung menjadi satu kawasan bernama Taman Bendera Pusaka. Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser segera ditata dan dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan bertaraf internasional.
Nantinya, Taman Bendera Pusaka akan menjadi area terbuka hijau seluas hampir enam hektar. Tiga taman ini akan disatukan dengan jembatan penghubung demi meningkatkan fungsi taman secara utuh sekaligus menaungi segala macam aktifitas di dalamnya.
Ada banyak fasilitas umum yang akan dibangun di Taman Bendera Pusaka, seperti jogging track, taman bermain anak, lapangan padel, hingga amphitheater. Kawasan hijau ini akan menjadi ruang publik yang lebih nyaman dan asri. Penataan ini ditargetkan rampung pada Desember 2025 sebagai kado menyambut tahun baru 2026 bagi warga Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan pembangunan Taman Bendera Pusaka dilakukan semata untuk kepentingan publik. Pramono sendiri telah melakukan peninjauan langsung Taman Langsat di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (7/8) pagi.
"Karena ini bukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan Balai Kota, ini untuk kepentingan publik," tegas Pramono di gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, usai meninjau Taman Langsat.
Baca juga: Usut Kebocoran PAD, Kejati Bengkulu Sita Aset Tersangka TPPU Mega Mall di Jakarta Selatan
Pramono menambahkan, integrasi tiga taman besar di Jakarta Selatan ini sekaligus untuk menyelesaikan masalah banjir dan kebersihan di wilayah tersebut. "Termasuk baru kali ini, taman yang kita bangun sekaligus menyelesaikan persoalan banjir dan juga bau yang ada di taman itu. Karena selama ini yang menjadi keluhan adalah banjir dan bau," jelasnya.
Proses penataan area dimulai dengan relokasi kios pedagang yang berada di Pasar Barito. Para pedagang akan dipindahkan sementara waktu ke 10 pasar yang dikelola oleh Perumda Pasar Jaya.
Terkait relokasi para pedagang, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Elisabeth Ratu Rante Allo, menandaskan, prosesnya mengedepankan pendekatan humanis dan non-represif. Pedagang bebas memilih lokasi relokasi sesuai preferensi masing-masing dan dibebaskan sewa kios selama tiga bulan.
“Langkah-langkah ini diambil agar proses penataan tidak hanya berpihak pada kepentingan tata ruang kota, tetap juga menjamin keberlangsungan usaha para pedagang,” kata Ratu, seperti dikutip dari Jakarta.go.id, Rabu (6/8/2025).
Selanjutnya, pedagang akan difasilitasi membuka usahanya di Sentra Fauna Jakarta yang berlokasi di Lenteng Agung. Lahan seluas 7.000 meter persegi ini akan menjadi pasar hewan modern yang higienis dan ramah lingkungan serta dilengkapi dengan wahana edukasi satwa serta konservasi.
Baca juga: Menhut: Saya Akan Pastikan Pembangunan Pulau Padar Bagian dari Konservasi
“Sentra Fauna diharapkan dapat menjadi destinasi wisata edukatif yang menggabungkan hiburan dan literasi lingkungan, tidak hanya tempa transaksi. Area ini juga sebagai zona UMKM hewan peliharaan yang tertata dan mendukung kesejahteraan pedagang,” ujar Ratu.
Kepada Kompas.id, Ketua Pedagang di Pasar Barito, Lardi, mengatakan, sejumlah pedagang sepakat untuk pindah ke Lenteng Agung. Beberapa juga ada yang bersedia untuk pindah ke pasar yang dikelola Pasar Jaya.
“Beberapa pedagang memilih untuk pindah ke Pasar Mampang, Pondok Indah, Pondok Labu, Tebet Barat, Tebet Timur, dan Pasar Bata Putih di Kebayoran Lama. Harapannya, para pedagang akan mendapatkan tempat yang layak agar roda perekonomian mereka tetap berputar,” ujar Lardi.
Penataan kawasan Barito mendapat respons positif dari warga Jakarta, salah satunya Angga. Karyawan swasta yang kerap lewat kawasan Barito ini menilai bahwa penataan di lokasi ini memang perlu dilakukan. Apalagi, daerah ini kerap macet karena banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan.
“Kalau ditata ulang, saya setuju saja. Karena kalau malam banyak yang nongkrong, parkir di pinggir jalan, dan bikin macet. Jadi tidak nyaman,” kata Angga kepada Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Baca juga: Ini Deretan Fasilitas Taman yang Akan Dibangun di Eks Pasar Barito
Di sisi lain, pengamat tata kota, Yayat Supriatna menilai penataan kawasan Barito perlu dilakukan. Hal ini merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan milik Pemprov DKI Jakarta.
“Penataan bukanlah penggusuran. Pemerintah tidak pernah menelantarkan, justru memberi ruang dan opsi terbaik untuk masa depan yang lebih baik sambil tetap memperhatikan hak-hak sosial dan ekonomi warga, khususnya para pedagang,” kata Yayat.
Yayat menilai Taman Bendera Pusaka dapat menjadi magnet baru yang memiliki unsur rekreatif, berdagang, dan beraktivitas. Ia pun menilai, pendekatan 3D: Density, Diversity, dan Design pada penataan kawasan Barito sangat ideal.
Pertama, Density yang melihat aspek kepadatan penduduk di kawasan Barito cukup tinggi sehingga dibutuhkan ruang terbuka hijau di tengah masyarakat.
Kedua, Diversity, menggambarkan satu wilayah yang memiliki pusat perekonomian, pemerintahan, dan layanan lainnya.
Baca juga: BPS: Pulau Jawa Masih Mendominasi Perekonomian Indonesia
Ketiga, Design, taman yang bisa diakses dari berbagai tempat, dilengkapi dengan trotoar yang nyaman bagi pejalan kaki dan akses transportasi yang terintegrasi.
“Apalagi letaknya yang strategis di kawasan premier dan pusat ekonomi kota. Tentu, dalam penataannya juga perlu disiapkan untuk UMKM, karena hal itu juga yang dapat menghidupkan taman. Sehingga, dalam satu taman, bisa mencakup banyak hal. Taman Bendera Pusaka akan menjadi oase di tengah zona bisnis,” jelas Yayat. (Rindu Pradipta Hestya)