KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, banyak anak yang tak mengonsumsi sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Padahal, sarapan penting untuk memberikan energi untuk menjalani aktivitas sepanjang hari. "Banyak sekali anak-anak dari keluarga, khususnya yang secara sosial ekonomi itu rendah, berangkat sekolah tanpa ada sarapan.
Angkanya bervariasi tapi cukup tinggi, bahkan di studi beberapa tahun yang lalu itu lebih 30 persen anak berangkat ke sekolah tanpa ada sarapan," kata Anies, seperti dimuat di Kompas.com, Jumat (5/4/2019). Padahal, kecukupan gizi pada anak sekolah menjadi faktor penting yang mempengaruhi kemampuan belajar.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyediakan makanan tambahan bagi anak sekolah melalui program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Kebijakan ini ditetapkan lewat Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2019 tentang Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah Pada Satuan Pendidikan.
"Penyediaan makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) bertujuan untuk meningkatkan kecukupan gizi," demikian bunyi Pasal 2 Pergub tersebut. Mereka yang berhak mendapatkan makanan bergizi gratis adalah pelajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) Negeri, Sekolah Luar Biasa (SLB) di daerah berkategori miskin di Jakarta, dari Senin hingga Jumat.
Dalam APBD DKI 2019, kegiatan ini dianggarkan di Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) SD. Di Jakarta Pusat anggarannya Rp 34,5 miliar, di Jakarta Utara Rp 58,2, Jakarta Barat Rp 105,7 miliar, Jakarta Selatan Rp 62,6 miliar, Jakarta Timur (hanya wilayah 1) Rp 53,5 miliar, dan Kepulauan Seribu Rp 1,3 miliar.
Sementara itu, untuk PAUD anggarannya Rp 5,2 miliar dan SLB Rp 3,7 miliar. 29 jenis pangan Makanan yang diberikan berupa jajanan sederhana berbahan pangan lokal atau hasil pertanian. Pangan juga harus disediakan beragam dan tak terpaku pada satu jenis saja. Makanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan dan diadakan oleh Dinas Pendidikan.
"Variasi makanan yang kami siapkan mempertimbangkan faktor gizi, faktor selera, dan kearifan lokal," ujar Anies.
Jika tahun lalu Dinkes hanya menyediakan dua jenis pangan, tahun 2019 ada 29 jenis paket makanan senilai Rp 10.890 per anak yang disediakan oleh program PMTAS. Misalnya saja roti dan jeruk, sandwich isi telur dan duku, pisang dan telur rebus, nagasari dan apel, roti dan pisang, jasuke dan salak, risoles isi sayuran dan sawo, lemper isi ayam dan lengkeng, martabak telur dan rambutan, kroket singkong isi sayur dan apel, kue wortel dan manggis, serta puding buah dan jambu air.
“Sekolah atau komite bebas memilih menu sesuai dengan kemampuan komite dalam menyediakan menu-menu tersebut,” kata Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ida Nurbani.
Program penyediaan makanan tambahan ini tentu disambut baik orangtua murid. Kristina (39) wali murid SDN di Johar Baru, Jakarta Pusat, mengatakan pemberian makanan tambahan bisa dibarengi dengan edukasi tentang gizi dan kebutuhan makanan sehat.
“Ini perlu agar anak-anak lebih paham dan mengerti tentang makanan sehat bergizi tinggi yang dibutuhkan tubuh,” kata orangtua siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Johar Baru, Jakarta Pusat ini, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Selain untuk melengkapi gizi anak, menurut Kristina pemberian makanan ini juga mengajarkan kebersamaan.
“Begini, kadang kalau di rumah disediakan makanan, kerap tidak dimakan oleh anak-anak. Nah, berbeda kalau di sekolah, itu biasanya pasti dimakan. Mungkin karena makan bersama teman-teman juga,” ujar Kristina.
Menjangkau 144.722 murid di Jakarta Tahun 2019, pemberian makanan tambahan ini dilakukan dengan anggaran sebesar Rp 324 miliar. Ada 459 sekolah di DKI Jakarta yang menerima program ini, dan sejauh ini telah menjangkau 144.722 peserta didik.
"Program PMTAS sudah menjangkau 53 kelurahan di Jakarta dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi," ujar Anies.
Sekolah yang tersebar di 53 kelurahan tersebut terdiri atas 75 taman kanak-kanak dan taman pendidikan Al-Quran dengan jumlah 5.304 murid, 375 sekolah dasar (SD) negeri dengan peserta 137.718 murid, dan sembilan sekolah luar biasa (SLB) dengan peserta 1.700 murid.
Ditinjau persebarannya, SDN dalam program PMTAS berada di Jakarta Utara (54), Jakarta Barat (134), Jakarta Pusat (52), Jakarta Timur (61), Jakarta Selatan (71), dan Kepulauan Seribu (3).
“Ke depannya, pelaksanaan program itu akan terus dikembangkan agar bisa menjangkau seluruh wilayah dan semua sekolah di ibu kota,” kata Anies.
Program PMTAS adalah upaya Pemprov DKI memberi perhatian serius pada pembangunan sumber daya manusia generasi mendatang.
Dengan pemberian asupan makanan sehat dan bergizi tinggi setiap hari, harapannya pertumbuhan jasmani dan intelektualitas anak-anak usia dini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.