KOMPAS.com - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menghadiri diskusi terbuka bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) di Tembalang, Semarang, Minggu (4/5/2025).
Kehadiran Agustina merupakan bagian dari agenda membangun dialog konstruktif dengan generasi muda dan wadah penting bagi mahasiswa untuk menyampaikan pertanyaan, aspirasi, dan masukan terhadap pembangunan Kota Semarang ke depan.
“Ini membuktikan bahwa Undip hadir bukan sebagai pengamat, tetapi sebagai pelaku dalam narasi besar pembangunan bangsa,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/5/2025).
Dalam sesi diskusi, sejumlah isu strategis diangkat mahasiswa, termasuk pengembangan budaya dan pariwisata dari Analisa, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Agustina menyampaikan komitmen mengembalikan kegiatan yang mengangkat narasi budaya lokal.
Baca juga: RPJMD Semarang 2025–2030, Walkot Agustina Prioritaskan Infrastruktur, Lingkungan, dan Ekonomi Daerah
“Budaya adalah titik penting yang harus dikedepankan, harus ada simbol budaya apa yang kita angkat dan dikomunikasikan. Seperti dalam film Korea, kita juga harus serius mengangkat budaya secara detail dan terstruktur,” katanya.
Mahasiswa FIB lainnya, Randy, menyoroti minimnya transportasi publik ke wilayah Tembalang. Menjawab itu, Wali Kota menyampaikan bahwa keterbatasan armada menjadi kendala utama.
“Sudah enam tahun belum ada pembelian bus baru. Semoga anggaran mencukupi atau bisa dicarikan mitra investor. Trayek ke Tembalang penting, dan perlu solusi sistemik dari titik-titik strategis seperti Patung Diponegoro,” jelas Agustina.
Isu lingkungan juga menjadi sorotan ganda. Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menyoroti pencemaran logam berat akibat aktivitas industri.
Menanggapi hal ini, Agustina menjelaskan bahwa penanganan lingkungan menjadi prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) baru.
Baca juga: SNC 2025 Pukau Ribuan Warga, Walkot Agustina: Ini Motor Penggerak Ekonomi dan Pariwisata
“Benar, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum cukup. Akan ada kajian besar untuk program aksi 2026, termasuk pengadaan alat ukur pencemaran dan inspeksi industri. Tahun ini juga terus ditambah area hijau melalui hutan kota,” tuturnya.
Agustina menegaskan, proses penganggaran membutuhkan waktu dan tahapan, tetapi aspirasi mahasiswa menjadi masukan berharga.
“Tagline pembangunan lima tahun ke depan adalah perekonomian maju, berkeadilan sosial, dan lestari. Maka dari itu, semua suara—termasuk dari mahasiswa—harus menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Agustina turut mengapresiasi atas peran aktif mahasiswa Undip dalam menyuarakan isu-isu keadilan, lingkungan, pendidikan, dan hak masyarakat dengan cara yang inspiratif.
Dia juga mengutip pidato Rektor Undip pada pelantikan BEM beberapa waktu lalu yang menyebutkan “genetik Undip adalah juara”.
Baca juga: Pemkot Semarang Alihkan Anggaran untuk Beasiswa, Walkot Agustina: Pendidikan Harus Merata
Agustina mengamini hal itu dengan menyebut pernyataan tersebut bukan sekadar kutipan, melainkan jati diri yang mencerminkan keberanian, religiusitas, serta semangat untuk melawan ketidakadilan dan berpartisipasi aktif.
Agustina yang juga alumni Undip itu pun berbagi kisah tentang masa mudanya sebagai aktivis mahasiswa yang banyak memberi manfaat dan pengalaman baginya.
Dari kampus Hayam Wuruk dan organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), ia belajar arti keberanian, kepekaan sosial, serta pentingnya dialektika dan pengambilan keputusan.
"Organisasi bukan sekadar rapat dan proposal, tetapi jalan panjang yang penuh ketekunan dan ketabahan," ungkapnya.
Agustina juga ingin memastikan bahwa kebijakan kota ke depan benar-benar menjawab kebutuhan pemuda, termasuk mahasiswa.
Sebagai wali kota perempuan, dia juga menegaskan pentingnya kepemimpinan yang bukan hanya hadir, tetapi membentuk arah dan menciptakan perubahan.
Selain forum itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang juga membuka ruang-ruang partisipasi melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) pemuda, Musrenbang disabilitas, Musrenbang perempuan, dan Musrenbang pariwisata sebagai bentuk komitmen mewujudkan pembangunan yang inklusif.
Forum tersebut mencerminkan komitmen Pemkot Semarang dalam membangun kota yang inklusif, terbuka terhadap dialog, dan berbasis aspirasi warga, khususnya generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan.