KOMPAS.com - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi melakukan pemukulan bedug sebagai tanda dimulainya prosesi Dugderan, Kamis (23/04/2020).
Tradisi Dugderan yang biasa digelar sebagai penanda datangnya bulan Ramadhan di Kota Semarang kali ini digelar dengan suasana berbeda.
Kegiatan ini dilakukan secara sederhana di Masjid Agung Semarang atau yang juga dikenal sebagai Masjid Kauman.
Wali Kota Semarang yang karib disapa Hendi ini mengatakan tradisi Dugderan tahun ini diselenggarakan dengan mempertimbangkan protokol kesehatan.
Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa di Semarang Selama Ramadhan 2020
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Hendi mengatakan pelaksanaan prosesi Dugderan tahun ini dilaksanakan dengan jumlah peserta terbatas.
“Tahun ini Dugderan kami selenggarakan hanya dengan diikuti oleh saya, ibu Wakil Wali Kota, Pak Sekretaris Daerah (Sekda), para Kyai, dan takmir Masjid Kauman,” kata Hendi.
Dengan menggunakan masker, Hendi menjelaskan hal tersebut dilakukan untuk menjaga seluruh masyarakat terhindar dari penularan virus Covid-19.
Baca juga: Libatkan Psikolog, Kunci Tingginya Persentase Pasien Sembuh Covid-19 di Kota Semarang
Prosesi tradisi tersebut berlangsung dengan khusyuk tanpa ada suara meriam yang biasanya menjadi ciri khas prosesi Dugderan.
Pada kesempatan yang sama, Takmir Masjid Kauman, Hanief Ismail mengingatkan mengenai ditiadakannya shalat tarawih di Masjid Agung Semarang selama Bulan Ramadhan 1441 Hijiriyah.
Selain itu, Hanief menjelaskan, sebelumnya Masjid Agung Semarang juga tidak menyelenggarakan shalat jumat sejak 27 Maret 2020 lalu.
“Shalat jumat yang merupakan ibadah wajib saja tidak, apalagi shalat tarawih. Maka selama bulan ramadhan ini kami himbau kepada masyarakat untuk ibadah tarawih di rumah masing-masing,” tandasnya.
Baca juga: Disiksa Majikan Menenggak Air Mendidih, ART di Semarang Operasi Pita Suara
Selain menjadi tradisi budaya menyambut datangnya bulan Ramadhan, Dukderan juga menjadi salah satu daya tarik wisata Ibu Kota Jawa Tengah.
Ini karena biasanya dalam pelaksanaannya dihadiri banyak wisatawan dari berbagai daerah.
Disisi lain tetap dilaksanakannya prosesi Dukderan di tengah pandemi merupakan bagian dari upaya menjaga tradisi, meskipun harus dilakukan dalam suasana berbeda.
Dengan demikian, penyelenggaraan Dugderan secara terbatas juga dimaksudkan untuk tidak menarik masyarakat dalam jumlah besar.