KOMPAS.com – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berterima kasih dan mengapresiasi komitmen bergerak bersama dari para pengusaha di Kota Semarang. Pasalnya, karena komitmen itu acara tahunan obral diskon Kota Semarang, Semargres 2019, meriah hasil positif.
"Kami berterima kasih dan mengapresiasi komitmen bergerak bersama dari kawan-kawan pengusaha yang telah serius mensukseskan Semargres ini untuk semakin mengenalkan Kota Semarang dan menarik banyak wisatawan untuk berwisata serta bertransaksi di kota kita," ujarnya.
Tercatat, selama Semargres 2019 terjadi peningkatan transaksi hingga mencapai Rp 128 miliar. Angka ini meningkat sebanyak Rp 28 miliar dari tahun sebelumnya.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (16/8/2019), peningkatan serupa juga terjadi pada jumlah peserta Semargres tahun 2019, yakni mencapai 1.770 tenant.
Baca juga: Peringati HUT RI ke-74, Pemkot Semarang Adakan Khataman Quran
Untuk diketahui, ajang tahunan Semargres mulai dilaksanakan pada 2011. Saat itu Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bergerak aktif menggandeng pihak swasta untuk turut serta. Namun, selama 4 tahun terakhir peran pengusaha serta pihak swasta untuk mengembangakn Smargres lebih mendominasi.
Menariknya, di Semargres 2019 transaksi dilakukan secara cashless dan paperless, dengan memanfaatkan aplikasi smartphone serta e-kupon. Hal ini sejalan dengan semangat pengelolaan sampah yang sedang gencar disuarakan Wali Kota Semarang.
Melalui Peraturan Wali Kota No. 27 Tahun 2019 Pengendalian Penggunaan Plastik, pria yang akrab disapa Hendi ini melarang sejumlah pelaku usaha menggunakan plastik.
Dia mengimbau hotel, restoran, toko modern untuk tidak menggunakan plastik, seperti stirofoam, sedotan plastik, kantong plastik, dan menggantinya dengan bahan alternatif yang ramah lingkungan.
Baca juga: HUT RI ke-74, Pemkot Semarang Gelar Sejumlah Kegiatan Menarik
"Menurut catatan, Indonesia adalah negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China. Karenanya, masalah plastik ini menjadi sangat urgent dan harus kita sikapi secara serius bersama-sama," tegas Hendi.
Menurut dia, berbeda dengan sampah lain, plastik membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan tahun untuk terurai secara alami. Oleh karena itu, Hendi menginisiasi dan menggalakkan berbagai sumber alternatif pengganti plastik.
Upaya mengurangi plastik
Contohnya, pembagian daging hewan kurban pada Iduladha, Minggu (11/8/2019) lalu. Hendi menginstruksikan penggunaan daun jati dan besek sebagai alternatif pengganti plastik.
Tak hanya itu, pihaknya juga merancang sejumlah ide dan inovasi lain, seperti tukar plastik dengan kopi, tumbler, makan gratis, hingga transportasi publik gratis.
Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Pembagian Kurban di Semarang Gunakan Besek
Sejumlah bank sampah pun telah melakukan pengolahan sampah menjadi tas dan berbagai kerajinan tangan lain. Bahkan ada yang menerapkan sistem tukar sampah menjadi uang tabungan.
Pemkot Semarang secara serius telah menyiapkan proses lelang Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Nantinya, program ini akan mengolah habis sampah-sampah di TPA Jatibarang menjadi energi listrik.
Caranya, dengan mengolah berbagai sampah baik organik maupun anorganik menggunakan mesin untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.
Ditargetkan proyek akan selesai dalam 2 tahun mendatang, sehingga Kota Semarang dapat berkontribusi langsung dalam penanganan sampah.