KOMPAS.com — Untuk pertama kali, Kelompok Tani Ayem Tenang, Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Semarang, sukses panen besar.
Adapun jumlah panen dari padi yang dikelola di lahan seluas tiga hektar dengan varietas bestari tersebut mencapai 9,6 ton per hektar (ha).
Jumlah itu meningkat jauh dari panen sebelumnya yang hanya 6 ton per ha ketika menggunakan varietas lain.
Capaian tersebut ternyata tak terlepas dari peran Pemerintahan Kota (Pemkot) Semarang yang bersinergi dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Dinas Pertanian Kota Semarang.
Baca juga: Pedih, Wali Kota Hendi Dibohongi Warganya Sendiri
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang hadir saat acara panen menuturkan, Batan yang biasanya identik dengan bahan bom atau nuklir nyatanya mampu menghasilkan sebuah produk benih padi berkualitas.
Meski kota metropolitan, Kota Semarang masih memiliki lima persen atau sekitar 2.700 ha lahan pertanian dan perkebunan.
Oleh karena itu, selain merayakan panen besar, wali kota yang akrab disapa Hendi itu juga meresmikan rumah organik.
“Saya mengimbau masyarakat dapat mengoptimalkan fasilitas tersebut. Ini juga sudah ditetapkan sebagai sawah lestari, yaitu dengan lahan yang tidak seluas kabupaten lain, tetapi tetap dapat dimaksimalkan,” katanya.
Baca juga: Minimalisasi Kerugian Gagal Panen, Kementan Imbau Petani Asuransikan Lahannya
Acara panen padi yang digelar dalam rangka monitoring dan evaluasi kegiatan Promosi Hasil Litbang Iptek Nuklir (PHLIN) Bidang Pertanian ini dihadiri oleh segelintir pejabat penting Batan, di antaranya Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan, Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir (PTN) Batan Hendiq Winarno, dan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang WP Rusdiana.