KOMPAS.com – Sekitar 10 ribu pelajar dari 1.426 sekolah mulai dari TK, SD, hingga SMP di Kota Semarang tumpah ruah mengikuti karnaval pelajar di Lapangan Simpang Lima, Jumat (3/5/2019).
Adapun kegiatan itu sendiri rutin diselenggarakan jelang pawai budaya Dugderan yang merupakan tradisi masyarakat Kota Semarang dalam menyambut bulan puasa.
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi hadir secara langsung untuk membuka kegiatan.
Dalam sambutannya, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut mengungkapkan bahwa salah satu tujuan terselenggaranya kegiatan adalah demi melestarikan budaya menjelang bulan suci Ramadan.
“Ini adalah tradisi menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang. Kita menjadi bagian generasi yang melestarikan dan nguri-uri budaya Dugderan di Kota Semarang,” ungkapnya.
Menurut Hendi, makna bulan Ramadhan tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar, melainkan meningkatkan hal-hal yang baik dan positif, seperti membantu sesama yang masih membutuhkan bantuan khususnya di Kota Semarang.
Dirinya pun tidak lupa memberikan apresiasi kepada panitia dan lebih khusus kepada para pelajar yang bersemangat mengikuti karnaval budaya Dugderan.
‘’Rangkaian acara ini semua membutuhkan energi yang luar biasa, alhamdulillah kerja sama dengan siswa, panitia, dan wali murid terlaksana dengan baik dan yang lebih membanggakan ini merupakan wujud sebuah gotong royong,‘’ ujar Hendi.
Lebih lanjut Hendi mengatakan, Dugderan juga digadang menjadi salah satu event untuk menarik minat wisatawan dari luar daerah agar turut terlibat dan menyaksikan event budaya ini.
“Harapannya dari tahun ke tahun wisatawan yang datang ke Kota Semarang semakin banyak, mereka kemudian berbelanja di Semarang, menginap di Semarang, duitnya berputar di Semarang dan Insha Allah ekonomi di Semarang tumbuh pesat dan berkembang baik,” ungkapnya.
Puncak acara Dugderan ini sendiri digelar pada Sabtu (4/5/2019). Acara ini turut melibatkan 16 kecamatan, sejumlah organisasi masyarakat, rangkaian kereta kencana, dan bendi serta konvoi Warak raksasa berukuran enam meter.
Warak sendiri merupakan hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang yang melambangkan keragaman budaya di Kota Semarang.
Guna mendukung kelancaran acara tersebut, Jalan Pemuda ditutup total mulai pukul 10.00 WIB hingga selesai. Sementara itu, penutupan situasional juga dilakukan pada ruas jalan seperti Piere Tendean dan Jalan Gajahmada.
Hendi pun berharap tradisi seperti Guyur Bustaman dan Dugderan ini harus dipertahankan.
“Semakin sering ada pertemuan-pertemuan besar, semakin sering ada event-event seperti ini maka kekompakan masyarakat akan selalu terjaga, silaturahminya nyambung terus, dan pesan-pesan bahwa sebentar lagi Ramadan pasti akan sampai.” pungkas Hendi.