KOMPAS.com - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengungkapkan optimismenya bahwa revolusi Industri 4.0 dapat terus meningkatkan pelayanan kesehatan di Kota Semarang .
Optimisme tersebut pun, ditunjukkan dengan komitmen untuk menginisiasi berbagai inovasi pelayanan kesehatan, melalui Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Hal tersebut disampaikan oleh Wali Kota Semarang yang juga akrab disapa Hendi tersebut dalam Rapat Kerja Kesehatan (Rakerkes) Kota Semarang di Hotel Pesonna Semarang, Senin (29/4/2019).
“Perkembangan revolusi industri 4.0 di bidang kesehatan akan memudahkan pelayanan, baik melalui pemutakhiran hardware, perancangan software untuk dapat lebih sederhana digunakan, atau juga dengan membangun sistem kontrol pelayanan," ungkap Hendi, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Semua upaya itu, kata dia, ujungnya harus berdampak pada dua sisi, memudahkan kinerja para ASN, juga memudahkan masyarakat mengakses pelayanan.
Namun ditekankan juga, meskipun ia mendorong agar selalu ada inovasi yang baru dalam pelayanan kesehatan, bukan berarti lantas menjadi 'kejar setoran'.
Pasalnya Hendi mengingatkan jika kesiapan sumber daya manusia (SDM) baik di dalam Pemerintah Kota Semarang maupun masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan, harus selalu menjadi pertimbangan terbesar.
“Maka sebelum melangkah terlalu jauh, pastikan aplikasi-aplikasi yang ada di Dinas Kesehatan hari ini, seberapa jauh dikenal masyarakat, pemakainya di kota semarang seberapa banyak. Itu harus menjadi evaluasi," pesannya.
Adapun Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri pada saat ini telah memiliki sejumlah sistem serta aplikasi yang memudahkan warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Aplikasi tersebut diantaranya adaah Pustaka (Puskesmas Tanpa Antrian Kota Semarang), Konter (Konsultasi Dokter), Ambulance Hebat, dan UHC (Universal Health Coverage).
Hendi pun mengungkapkan jika kemajuan pelayanan kesehatan di Kota Semarang tersebut tidak terlepas dari komitmen semua stakeholder dalam memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan.
”Jadi rumah sakit swasta, rumah sakit pemerintah, NGO, BPJS, PMI, Kepala Dinasnya semuanya mencoba memberikan yang terbaik. Semuanya berperan bagaimana pelayanan agar berlangsung dengan baik”, ungkap Hendi.
Senada dengan apa yang diungkapkan Hendi, Widoyono, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang juga menyampaikan optimismenya bila Dinas Kesehatan akan mampu menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Pihaknya telah telah pula menggagas layanan kesehatan, seperti mesin atm, dimana warga nantinya dapat mengakses rekam medis dan berkonsultasi keluhan penyakit.
Optimisme tersebut salah satunya karena komitmen pemerintah dan wali kota dalam menyiapkan anggaran kesehatan.
Rasio anggaran kesehatan jika dibandingkan APBD sebesar 6.1 persen, kemudian ditambah anggaran rumah sakit, sekitar 7 persen.
“Jadi total anggaran kesehatan Kota Semarang sebesar 13 persen, ini jauh melampaui ketentuan UU yang mensyaratkan minimal rasio APBD sebesar 10 persen,” ungkap Widoyono.