KOMPAS.com - Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi meminta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengutamakan kemudahan akses pelayanan kepada ibu melahirkan berisiko tinggi, dibanding peraturan dan administrasi.
Hal itu Hendar katakan saat diskusi bersama direktur rumah sakit negeri maupun swasta di Kota Semarang, serta pimpinan BPJS Kota Semarang, di Rumah Dinas Wali Kota Semarang, Selasa (26/3/2019).
“Kalau kondisi kritis saya minta tolong untuk dirawat dulu. Jangan pikirkan tipe pelayanan dan administrasi. Untuk kasus - kasus khusus yang memiliki potensi resiko tinggi harus ditolerir,” tegasnya dalam diskusi itu seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima.
Dalam kesempatan tersebut, wali kota yang akrab disapa Hendi itu menekankan jika angka kematian ibu dan anak adalah pekerjaan rumah besar yang harus ditangani segera dengan bergerak bersama.
Tercatat hingga Maret 2019, tak kurang ada 7 kasus kematian ibu di Kota Semarang. Hendi pun menaruh perhatian pada kondisi proses persalinan yang memiliki potensi risiko tinggi.
Dirinya berharap dari pertemuan yang diinisiasinya tersebut ada sebuah rumusan kebijakan yang tepat untuk menekan angka kematian ibu dan anak Kota Semarang.
Politisi PDI Perjuangan in pun meyakinkan jika pemerintah akan fokus terhadap upaya penekanan angka kematian ibu di Kota Semarang. Salah satunya melalui dorongan peningkatan pelayanan kesehatan. Peningkatan layanan itu terkhusus untuk tenaga medis dan non medis.
Di sisi lain, Hendi meminta adanya upaya promotif yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Salah satunya dengan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait alur pelayanan kesehatan, mulai dari pendaftaran BPJS, pendaftaran UHC dan lainnya.
Diakuinya, pada 2011 lalu, dirinya cukup heran dengan angka kematian ibu dan anak di Kota Semarang yang lebih tinggi dari kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah.
Hal ini mengingat Kota Semarang adalah pusat tempat kesehatan yang menjadi rujukan pelayakan kesehatan dari daerah - daerah lain.
Karenanya kemudian Hendi menggerakkan dan menekankan peran Petugas Surveilans Kesehatan (gasurkes), efisiensi waktu dan pelayanan di rumah sakit. Dari sini baru mulai terlihat penurunan kasus kematian ibu di Kota Semarang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang yang hadir dalam diskusi tersebut menilai upaya mempermudah administrasi dan regulasi khusus bagi kasus ibu melahirkan risiko tinggi untuk dirujuk ke rumah sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) menjadi salah satu langkah strategis.
Selain itu, kata dia, pemberian pelayanan 24 jam bagi kegawatdaruratan ibu dan bayi, dirasanya akan sangat berkontribusi pada turunnya kematian ibu