KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana menggelar upacara pengabenan terhadap kerangka manusia prasejarah atau manusia purba di Museum Purbakala Gilimanuk, Rabu (31/1/2024).
Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pihaknya telah mencari informasi dan data terkait dengan apakah diperbolehkan melaksanakan upacara pengabenan kusa pranawa bagi kerangka manusia prasejarah Gilimanuk.
"Saya tidak tahu kawitannya (leluhurnya) ini siapa. Ini kan kerangka manusia prasejarah yang ada di Kabupaten Jembrana,” ujarnya dalam siaran persnya, Kamis (1/2/2024).
Dia mengatakan, pihaknya tidak akan ambil pusing kerangka tersebut adalah binatang prasejarah. Namun, kerangka tersebut adalah manusia sehingga menjadi beban pikiran.
“Wajib saya sebagai Bupati untuk melaksanakan penyucian terhadap kerangka-kerangka manusia yang ada di Gilimanuk ini," ungkapnya.
Baca juga: Sprint Rally 2024 Digelar di Sirkuit Legendaris Jembrana, Wabup Ipat Harap Tingkatkan PAD
Tamba juga mengatakan, pengabenan kusa pranawa dilaksanakan kepada kerangka manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan cara ngulapin (memanggil) roh mereka untuk kembali ke Gilimanuk.
"Ternyata, dalam perjalanannya, kami menemukan kerangka yang ada di sini ada juga di laboratorium UGM. Sebanyak 275 ada kerangka di situ diteliti para ahli di UGM,” katanya.
Dia menyebutkan, seluruh kerangka atau roh yang ada di situ secara niskala sudah dipanggil untuk pulang ke tanah Gilimanuk.
“Hari ini kami sucikan dengan kami sebut sebagai pengabenan kusa pranawa," terangnya.
Tamba juga mengapresiasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Kepolisian Daerah (Polda) Bali, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dan kabupaten lain di Bali yang hadir dan mendukung pelaksanaan upacara pengabenan Kusa Pranawa.
"Astungkara hari ini perwakilan dari Pak Kapolda dan Penjabat (Pj) Gubernur dan kesaksian Menparekraf Bapak Sandiaga Uno saya mengucapkan terima kasih atas seluruh dukungan sehingga acara pengabenan Kusa Pranawa di Gilimanuk ini dapat berjalan dengan baik," ujarnya.
Tamba juga mengapresiasi seluruh Bendesa Adat se-kabupaten Jembrana, masyarakat Gilimanuk, dan masyarakat se-Kecamatan Melaya yang terlibat langsung dan dukungan sehingga upacara pengabenan dapat terlaksana.
“Semoga dengan selesainya acara ini Jembrana akan menjadi lebih baik dan nyaman serta sukses menuju Jembrana Emas Tahun 2026," ungkapnya.
Usai upacara pengabenan Kusa Pranawa, Tamba menyampaikan, roh/atman yang telah disucikan akan dikembalikan ke laut karena bangunan untuk menyemayamkan roh-roh tersebut akan segera dibangun.
"Di anggaran perubahan ini kami akan membangun Gedung Purba. Untuk saat ini, setelah meajar-ajar kami larung dulu di segara (laut). Nanti pada saatnya, kami ngulapin (memanggil roh) baru kita linggihkan di Gedong Purba," tuturnya.
Baca juga: Kakao Jembrana Punya Potensi Besar, Bupati Tamba Bangun RPB untuk Mudahkan Produksi
Asisten Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Dismas Rienthar Adhyaksa mengatakan, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di UGM diperkirakan berumur 2.000-an tahun.
Selain disimpan, kerangka berjumlah 275 individu tersebut digunakan sebagai objek penelitian.
“Selain menyimpan dan mengkonservasi, kami juga melakukan penelitian, terutama yang berkaitan dengan paleoantropologi, yaitu studi ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit yang ada di manusia-manusia purba," ucapnya.
Dia mengatakan, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk tidak hanya terdiri dari satu kelompok masyarakat, tetapi ditemukan sejumlah ciri-ciri berbeda pada kerangka yang diteliti.
"Di dalam situs Gilimanuk ditemukan berbagai variasi genetika, yaitu mengindikasikan bahwa manusia-manusia di Gilimanuk yang dikuburkan di situ bukan berasal dari satu komunitas atau kelompok masyarakat saja,” katanya.
Baca juga: Soal Kakao Jembrana, Teten Masduki: Kualitas Premium, Tidak Heran Jadi Komoditas Ekspor ke Eropa
Dismas memperkirakan, kerangka-kerangka itu berasal dari berbagai masyarakat di luar Gilimanuk.
“Dari indikasi itu, kami menginterpretasikan bahwa situs Gilimanuk boleh dibilang spesial. Istimewa karena disucikan atau memang cocok untuk penguburan," jelasnya.
Terkait upacara ngaben kusa pranawa, Dismas mengapresiasi upaya Pemkab Jembrana.
Menurutnya, hal tersebut merupakan wujud penghormatan terhadap kerangka manusia prasejarah sebagai leluhur masyarakat di Gilimanuk.
"Jasad-jasad mereka yang telah meninggal, membantu kita belajar berbagai hal tentang evolusi, migrasi, forensik, hingga status kesehatan masa lalu yang dapat menjadi rujukan kita untuk membangun masyarakat yang lebih baik,” katanya.
Dismas mengatakan, sudah selayaknya masyarakat menghormati dan memperlakukan jasad-jasad tersebut seperti manusia yang masih hidup.
Baca juga: Rangkaian Acara Hari Ibu di Kabupaten Jembrana, dari Fashion Show hingga Lomba Busana Kebaya
Adapun upacara yang mengambil tingkatan Ngaben Kusa Pranawa itu menggunakan simbol berupa sarana pengawak daun alang-alang yang merupakan simbolis badan manusia sehingga jasad atau kerangka dibuatkan simbol.
Dari ratusan tulang dijadikan dua sekah/puspa lingga (simbol roh) lanang istri untuk kemudian disucikan secara Hindu. Upacara ini dipuput (prosesi upacara dipimpin) lima orang sulinggih.
Selain menyucikan kerangka manusia prasejarah yang disimbolkan alang-alang tersebut, upacara pengabenan ini juga diikuti masyarakat di Kabupaten Jembrana.
Kemudian, ada pula ngaben kolektif untuk masyarakat umum yang diikuti sebanyak 7 sawa, mamukur sebanyak 12, dan ngelungah sebanyak 26.
Sementara itu, ada 275 kerangka manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di UGM.
Kegiatan itu dihadiri Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Wabup I Gede Ngurah Patriana Krisna, Sekretaris Daerah (Sekda) I Made Budiasa, dan Penjabat (Pj) Gubernur Bali yang diwakili Staf Ahli Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Baca juga: Lindungi Hutan dan Seni Jegog, Pemkab Jembrana Tanam 5.000 Bibit Bambu Petung di Mantu Cager
Hahdir pula Kepala Polda (Kapolda) Bali yang diwakili Kepala Bidang (Kabid) Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali, Asisten Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, dan undangan lainnya.