KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah ( Jateng) Ganjar Pranowo mengusulkan agar pemerintah pusat membentuk kebijakan baru guna mendukung badan urusan logistik ( Bulog) dalam menyerap gabah petani.
“Bulog dapat diberikan tugas yang lebih banyak seperti dulu. Salah satunya program beras miskin (raskin),” ujarnya, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Selasa (30/3/2021).
Menurut orang nomor satu di Jateng ini, fungsi Bulog agak pincang. Sebab, di satu sisi mereka diminta menyerap gabah dari petani, tetapi keluarnya tidak seberapa dan hanya cukup untuk stok.
Ganjar menjelaskan, apabila sistem tersebut tidak diubah, maka dipastikan serapan Bulog tidak memberikan hasil yang bagus.
Baca juga: Bulog Targetkan Punya Stok Beras 1,4 Juta Ton Hingga Mei 2021
“Dampaknya, harga petani pasti rendah karena menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar," ucapnya, saat meninjau gudang Bulog Banaran, Delanggu, Klaten, Senin (29/3/2021).
Dalam kunjungan tersebut, Ganjar menemukan masalah, yaitu mekanisme penyerapan Bulog belum mendukung. Rendahnya penyerapan karena fungsi Bulog tidak optimal.
"Bulog menyerap terus, namun tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil, dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok (tidak dikeluarkan)," tegasnya.
Oleh karenanya, lanjut dia, dibutuhkan terobosan baru berupa kebijakan dari pemerintah pusat terkait hal ini. Kementerian Pertanian (Kementan) atau Kementerian Perdagangan (Kemendag) diharapkan membuat terobosan baru.
Baca juga: Kementan Ingin Kerja Sama dengan Pertani Dikembangkan, Tak Hanya Serap Gabah
Ganjar mengaku terpikirkan cara lain bila pemerintah pusat enggan melakukan kebijakan. Bersama pihaknya, ia akan mengambil tindakan lebih lanjut.
"Sepertinya, kami harus punya gudang sendiri. Mungkin kami akan melakukan fungsi public service obligation (PSO) dan mengambil stok agar petani bisa terbantu. Kalau tidak ada saluran keluarnya, ngendon-nya (persediaan) akan lebih banyak," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar juga melakukan pengecekan guna mengetahui serapan gabah petani saat musim panen tiba.
Didampingi Wakil Bupati (Wabup) Klaten Yoga Hardaya dan Pemimpin Wilayah Bulog Jateng Miftahul Ulum, Ganjar melihat stok beras yang ada di gudang Banaran. Terlihat ribuan sak beras tertata dengan rapi di gudang itu.
Baca juga: Stok Beras Bulog Capai 923.000 Ton, Buwas Pede Tak Perlu Impor
Perlu diketahui, Bulog Jateng hanya dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton.
Mengetahui hasil tersebut, Ganjar mengatakan serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padahal, Jateng sedang memasuki peeks musim panen raya.
Gubernur berambut putih ini menjelaskan, berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, Jateng sudah surplus 1,6 juta ton sejak Januari - Mei 2021.
"Saya ke sini untuk melihat proses serapan, karena April 2021 kami sedang peeks-nya panen raya. Teman-teman di Bulog sudah mulai serap. Akan tetapi, kalau berbicara produksi untuk hari ini sangat melimpah," kata Ganjar.
Baca juga: Ada 106.000 Ton Beras Bulog Turun Mutu, Mau Diapakan?
Maka dari itu, sambung dia, penting memastikan gabah petani dibeli dengan tarif di atas harga pembelian pemerintah (HPP) atau minimal sama dengan HPP.
Pada kesempatan yang sama, Pemimpin Bulog Jateng Miftahul Ulum mengatakan, Bulog Jateng dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton pada 2021.
"Kami optimis itu tercapai, minimal di atas 75 persen dari target," katanya.
Meski demikian, lanjur Miftahul, terdapat kendala Bulog dalam penyerapan gabah petani. Menurutnya, kualitas gabah petani tidak terlalu bagus.
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Segera Turunkan Dana untuk Serap Gabah Petani
"Kendalanya saat musim hujan kemarin. Jadi banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak. Dalam arti terkena banjir padi roboh jadi segera dipanen," ucapnya.