KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) meraih penghargaan berupa Insentif Fiskal sebesar Rp 6,45 miliar dari pemerintah pusat atas keberhasilannya dalam menurunkan angka stunting.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Ma’ruf Amin selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Nasional, kepada Penjabat (Pj) Gubernur Jateng Nana Sudjana dalam acara Rakornas Percepatan Penurunan Stunting yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Nana menjelaskan bahwa Pemprov Jateng akan menggunakan insentif tersebut untuk menuntaskan sisa kasus stunting di wilayahnya.
Sebelumnya, kata dia, Jateng juga menerima penghargaan serupa dengan nilai Rp 5,97 miliar pada 2023.
Baca juga: Lestarikan Naskah Nusantara, Perpusnas Raih Penghargaan UNESCO
Ia menjelaskan bahwa Pemprov Jateng telah menganggarkan Rp 194,6 miliar untuk percepatan penanganan stunting.
Anggaran tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan keuangan kepada kabupaten dan kota dengan kasus stunting yang masih tinggi.
"Sasaran utamanya adalah daerah-daerah atau kabupaten dan kota yang masih memiliki tingkat stunting yang tinggi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (5/9/2024).
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dirilis pada Maret 2024, prevalensi stunting di Jateng pada 2023 tercatat sebesar 20,7 persen atau mengalami penurunan 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 20,8 persen.
Baca juga: Bertemu Pelaku Usaha Kanada, Menko Airlangga Komitmen Dorong Kolaborasi Ekonomi Indonesia-Kanada
Nana menjelaskan, upaya percepatan penurunan stunting dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), perguruan tinggi, swasta, serta tokoh agama dan masyarakat.
"Kolaborasi sangat penting dalam menangani stunting ini. Tidak bisa hanya dilakukan sendiri, melainkan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat," jelasnya.
Nana mengungkapkan bahwa intervensi spesifik dan sensitif dilakukan untuk menangani stunting.
Contoh intervensi sensitif adalah memastikan kelayakan air yang dikonsumsi masyarakat, sementara intervensi spesifik dilakukan melalui kolaborasi dan edukasi kepada calon pengantin dan remaja putri.
Baca juga: Cegah Anemia di Kalangan Remaja Putri, Mbak Cicha Tekankan Pentingnya Pendidikan Gizi
Pada kesempatan yang sama, Wapres RI Ma'ruf Amin mengapresiasi upaya pencegahan stunting melalui intervensi serentak yang telah dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota.
Ia menekankan pentingnya memanfaatkan data dari intervensi tersebut untuk program-program berikutnya.
"Data ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai dasar intervensi sensitif dan spesifik, agar program yang disusun tepat sasaran dan target prevalensi stunting dapat tercapai," ucap Ma'ruf.