Ganjar: Tak Hanya Jawa, Kenduri Juga ada di Komunitas Tionghoa

Kompas.com - 24/01/2020, 18:22 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan proses akulturasi budaya bisa dilakukan oleh agama mana pun, sebagai bibit-bibit toleransi.

Ganjar kemudian mencontohkan kenduri yang biasanya ada di budaya Jawa sebenarnya juga dilakukan orang Tionghoa. 

“Inilah cara bertoleransi yang sebenarnya. Ternyata bukan hanya Jawa atau Islam, Tionghoa juga ada kenduri,” kata Ganjar.

Hal ini dibenarkan Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis) Haryanto Halim.

“Orang Tionghoa juga melakukan kenduren (kenduri). Makan bersama keluarga, tetangga, atau teman,” kata Haryanto Halim, seperti dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga: Kenduri dan Ujung, Tradisi yang Tak Pernah Ditinggalkan Saat Lebaran

Baik Ganjar dan Haryanto Halim sendiri mengatakan itu saat menghadiri jamuan makan siang yang digelar Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong, di Jalan Gang Pinggir Pecinan Semarang, Jumat (24/1/2020).

Ganjar tiba setelah melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid An Nur Diponegoro, yang merupakan satu-satunya masjid di kawasan Pecinan.

Begitu tiba, Haryanto langsung mengajak Ganjar menengok altar, sinchi, dan prasasti doa untuk Gus Dur. Setelah keliling dan berfoto, Ganjar dipersilakan untuk santap siang.

Pada acara tersebut, tumpeng nasi kuning dan berbagai olahan daging ayam menjadi menu utama. Tak lupa, kudapan khas Tionghoa jadi pelengkap.

Meski sempat beralasan sudah kenyang, Ganjar menyantap berbagai hidangan tersebut dengan lahap.

Baca juga: 7 Makanan Khas Imlek yang Membawa Keberuntungan

Pemilihan ayam sebagai menu utama, bukan sekadar karena ada Ganjar. Melainkan karena ada tiga muslimah yang menjadi bagian dari kepengurusan kelompok yang telah berdiri sejak 1876 tersebut.

Selain di meja makan, olahan daging babi juga tidak akan ditemui di altar gedung yang dikelola kelompok tersebut.

Alasannya, karena sejak 2013 terdapat sinchi atau papan nama Gus Dur.

“Sajian daging babi kami ganti dengan daging kambing. Ini penghormatan kami kepada Gus Dur. Satu-satunya muslim yang berada di altar ini,” kata Haryanto.

Baca juga: Kue Keranjang untuk Sembahyang Imlek Punya Makna Berbeda

Ketika Ganjar hendak berpamitan, beberapa ibu memanggil dan menghentikan langkahnya. Ibu-ibu tersebut memberi Ganjar tenong, atau bingkisan berisi makanan.

Ibu-ibu tersebut juga menjelaskan, masing-masing kudapan dalam tenong memiliki makna.

“Di dalam ini semuanya bermakna. Jajanan manis biar hidupnya manis, kue lapis biar rezekinya berlapis, dan kue keranjang biar rezekinya masuk ke keranjang,” kata mereka.

Terkini Lainnya
Tanah Longsor di Banjarnegara, Gubernur Jateng Pastikan 886 Warga Aman di Hunian Sementara

Tanah Longsor di Banjarnegara, Gubernur Jateng Pastikan 886 Warga Aman di Hunian Sementara

Jateng Gayeng
Borobudur Marathon Naik Kelas, Jawa Tengah Bidik Ikon Marathon Dunia

Borobudur Marathon Naik Kelas, Jawa Tengah Bidik Ikon Marathon Dunia

Jateng Gayeng
Borobudur Marathon 2025 Diikuti 11.500 Peserta, Perputaran Ekonomi Diprediksi Meningkat

Borobudur Marathon 2025 Diikuti 11.500 Peserta, Perputaran Ekonomi Diprediksi Meningkat

Jateng Gayeng
Intervensi Spesifik Stunting Terbaik, Pemprov Jateng Terima Penghargaan dari Kemenkes

Intervensi Spesifik Stunting Terbaik, Pemprov Jateng Terima Penghargaan dari Kemenkes

Jateng Gayeng
Wamenkes Puji Program Speling Pemprov Jateng, Usulkan ke Presiden Jadi Program Nasional

Wamenkes Puji Program Speling Pemprov Jateng, Usulkan ke Presiden Jadi Program Nasional

Jateng Gayeng
Sebanyak 34 Investor Siap Investasi Rp 5 Triliun di Jateng, Gubernur Luthfi: Beberapa Sudah MoU

Sebanyak 34 Investor Siap Investasi Rp 5 Triliun di Jateng, Gubernur Luthfi: Beberapa Sudah MoU

Jateng Gayeng
Banjir Semarang Mulai Mengering, BNPB dan Pemprov Jateng Pastikan Upaya Penanganan Terus Berlanjut Hingga Tuntas

Banjir Semarang Mulai Mengering, BNPB dan Pemprov Jateng Pastikan Upaya Penanganan Terus Berlanjut Hingga Tuntas

Jateng Gayeng
Ekonomi Kreatif di Jawa Tengah Tumbuh Pesat

Ekonomi Kreatif di Jawa Tengah Tumbuh Pesat

Jateng Gayeng
Resmikan Pabrik PT Formosa di Jepara, Gubernur Jateng Dorong Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Resmikan Pabrik PT Formosa di Jepara, Gubernur Jateng Dorong Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Jateng Gayeng
Hujan Deras Akibatkan Banjir, BPBD Jateng Optimalkan Pompa hingga Salurkan Bantuan di Sejumlah Daerah

Hujan Deras Akibatkan Banjir, BPBD Jateng Optimalkan Pompa hingga Salurkan Bantuan di Sejumlah Daerah

Jateng Gayeng
Hari Santri Nasional, Ahmad Luthfi Gulirkan Program Beasiswa Santri dan Pengasuh Pesantren 2026

Hari Santri Nasional, Ahmad Luthfi Gulirkan Program Beasiswa Santri dan Pengasuh Pesantren 2026

Jateng Gayeng
Ahmad Luthfi Raih Penghargaan Pemimpin Percepatan Ekonomi Daerah 2025 di Radar Kudus Award

Ahmad Luthfi Raih Penghargaan Pemimpin Percepatan Ekonomi Daerah 2025 di Radar Kudus Award

Jateng Gayeng
1,9 Juta Mangrove “Pagari” Laut Jateng, Resmi Catatkan Rekor Muri 

1,9 Juta Mangrove “Pagari” Laut Jateng, Resmi Catatkan Rekor Muri 

Jateng Gayeng
Entaskan Kemiskinan, Pemprov Jateng Salurkan Bantuan 1.000 Sambungan Listrik Gratis pada 2025

Entaskan Kemiskinan, Pemprov Jateng Salurkan Bantuan 1.000 Sambungan Listrik Gratis pada 2025

Jateng Gayeng
Pastikan MBG Aman, Pemprov Jateng Akselerasi Penerbitan SLHS

Pastikan MBG Aman, Pemprov Jateng Akselerasi Penerbitan SLHS

Jateng Gayeng
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com