KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo punya cara unik untuk menarik perhatian masyarakat.
Saat memperingati Hari Anak Nasional di Grand Maerakaca, Semarang, Ganjar lebih memilih bermain engklek bersama anak-anak ketimbang pidato.
Padahal saat itu, panitia telah mempersilakan Ganjar naik ke panggung, tapi ia justru menuju bawah panggung.
Pria berambut putih ini terlihat menggambar kotak-kotak di paving block dengan kapur tulis.
Baca juga: Ganjar Minta Peserta ASEAN Schools Games Utamakan Rajut Persatuan
Kendati gambar yang dibuat belum rampung, Ganjar meminta anak-anak yang mayoritas masih berstatus pelajar TK dan SD untuk maju mendekat.
“Ada yang tau gambar ini?” tanya Ganjar.
Anak-anak tersebut serentak menjawab, “Engklek!”
Salah satu siswa dari SD Terang Bangsa Yeski, Alputra Emas, kemudian diminta meneruskan gambar kota-kotak tersebut, hingga akhirnya menjadi tujuh kotak bersambung membentuk pesawat terbang.
Baca juga: Penuhi Keinginan Orangtua, Ganjar Pranowo Akhirnya Jadi Polisi, tapi...
Melihat hal tersebut, Ganjar begitu senang lantaran masih banyak anak-anak yang mengenal permainan tradisional di tengah kemajuan zaman.
Engklek sendiri merupakan permainan anak tradisional Indonesia yang biasanya populer di masyarakat pedesaan.
Umumnya, permainan tersebut dimainkan di atas sebidang tanah. Engklek dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok.
"Sebenarnya ketika anak-anak berkumpul, mereka masih bermain permainan tradisional. Meskipun sekarang gadget sudah banyak, namun mereka tidak lupa dengan permainan ini, sehingga mereka punya kohesi dengan teman-teman seusianya," ucap Ganjar.
Menurut dia, pemerintah, lingkungan, dan orang tua berkewajiban menjaga keceriaan anak-anak tersebut.
Ia juga meminta para orang tua selalu memberi teladan yang baik, sekaligus menjadi benteng dari pengaruh negatif kemajuan teknologi.
Baca juga: Akhirnya, Setelah 25 Tahun Ganjar Bertemu Mbah Siti
"Hati-hati, ada banyak bahaya seperti narkoba, bullying, paham radikal yang ada di media sosial. Orang tua harus mengawasi itu," ujar politisi PDI-P itu.
Hak Anak dengan HIV/AIDS
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar tak lupa menyoroti persoalan Anak dengan HIV/ AIDS (ADHA) di Jawa Tengah (Jateng).
"Merujuk data Kementerian Kesehatan RI, Jateng berada di peringkat empat yang memiliki jumlah ADHA terbanyak," ungkap Ganjar.
Adapun urutan tersebut terdiri dari Papua sebanyak 536 anak, Jawa Timur 421 anak, Jawa Barat 320 anak, Jateng 308 anak, dan DKI Jakarta 304 anak.
Baca juga: ADHA, Menantang Arus Deras Stigma HIV/AIDS
Berpijak pada data tersebut, Ganjar menegaskan, masyarakat perlu memberi kesempatan ADHA untuk bergaul dengan teman sebaya.
Selain itu, pemerintah dan orang tua wajib mendukung proses pengobatan ADHA.
Dengan begitu, para ADHA tetap dapat bersosialisasi, memiliki teman, tidak diasingkan, dan secara psikologis mereka merasa diterima.
"Tinggal dokter, orang tua, dan pemerintah menjelaskan pada anak-anak untuk tidak menjauhi mereka," kata dia.