KOMPAS.com – Ganjar berhenti di depan rumah tua dan langsung memarkir motornya. Begitu melepas helm, tiba-tiba datang seorang nenek lari tergopoh-gopoh sambil teriak histeris.
"Ya Allah, aku ngimpi opo mau bengi. Iki aku ora nglindur to? Iki Mas Ganjar?" seru sang nenek tadi seraya memeluk dan menciumi Ganjar.
Itulah yang terjadi saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkunjung ke Bantir, Candiroto, Temanggung, Sabtu (20/7/2019) lalu.
Kedatangan Ganjar yang tanpa rencana itu sontak membuka memori-memori 25 tahun lalu.
Baca juga: Unggah Foto Bersama Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil Bantah Terkait Pilpres 2024
"Nggih leres niki Ganjar," jawab Ganjar sambil tersenyum.
"Lha kok rene ora kondo-kondo (ke sini kok tidak bilang-bilang), ya Allah ngimpi opo aku?" katanya sang nenek yang diketahui bernama Siti Riyati.
Siti merupakan pemilik rumah yang pernah ditempati Ganjar semasa Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada 1994 silam.
Semenjak itu, baru kali ini Ganjar mengunjungi kembali rumah tersebut. Jadi wajar jika Siti histeris dengan kehadiran orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut.
Baca juga: Cerita Ganjar Pranowo Kepincut Scorpio Kustom
Mbah Siti, sapaan akrab sang nenek, membuka pintu rumah dan mempersilakan Ganjar masuk.
"Ini rumahnya pak Karno, sekarang ditempati anaknya, Mas Timbul. Kalau ini istri Pak Karno, Mbah Siti. Oalah Ono fotoku to," ujar Ganjar.
Beberapa kamar dia buka pintunya. Lagi-lagi pria lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu nampak tersenyum sendiri mengingat masa KKN bersama kawan-kawannya, termasuk Siti Atikoh, teman kuliah yang akhirnya ia pinang sebagai istri.
"Dulu KKN di sini bareng Bu Atik. Walah malah dadi bojone. Tahu-tahu kok malah dadi Gubernur," kata Mbah Siti.
Baca juga: Idul Fitri 2019, Ganjar Pranowo Kunjungi Guru dan Jumpa Sahabat Masa Kecil
Memori masa lalu Ganjar kian lengkap ketika Siti mengulik masakan-masakan yang biasa dimakan Ganjar dan kawan-kawan.
"Kalau adanya tempe ya tak masakin tempe, kalau adanya sawi ya sawi. Semuanya makan apa adanya. Adanya sambel sama tahu juga dimakan," kata Siti.
Cerita masakan itu bak umpan bagi pria yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum UGM dari 1987 hingga 1995 ini untuk masuk lebih dalam ke masa lalunya.
Sambil tertawa, Ganjar lantas mengisahkan hanya satu masakan yang ditolak oleh kawan-kawannya dan Siti Atikoh, wanita yang ia nikahi pada tahun 1999 silam.
Ia menuturkan, setiap seminggu sekali Mbah Siti menyuguhkan masakan istimewa, lele goreng. Namun tidak satu pun temannya, termasuk Siti Atikoh, bersedia makan.
Baca juga: Bawaslu Sebut Ganjar Pranowo Bukan Langgar UU Pemilu, tetapi Netralitas ASN
"Itu kan ibu ngambilnya lele dari kolam depan rumah. Nah, di kolam itu setiap pagi saya BAB?" ucap Ganjar yang sontak membuat seisi ruangan tertawa.
Kenangan-kenangan tersebut menjadi obat lelah Ganjar, setelah seharian mengendarai sepeda motor keliling Semarang dan Temanggung.
Pada perjumpaan itu, Ganjar merasa ada yang sedikit kurang lantaran anak almarhum Soekarno tidak di rumah. Rupanya, dia tengah ziarah ke Jawa Timur bersama rekan kerjanya.
"Mas Timbul itu teman tidurku dulu. Lha adiknya Timbul mana? Oalah ini tho, Atik. Dulu masih kecil dia," kata Ganjar.
Baca juga: Mahasiswa UGM Jadi Joki, Ganjar Pranowo Sebut Itu Bikin Malu
Setelah mengenang beberapa pertemuan dengan keluarga Soekarno itu, Ganjar lantas pamit dan berjanji bakal kembali lagi.
"Tidak bisa nginep. Ini tadi saya cuma mampir, mau ke wisata Jumprit. Yo wes aku lungo sek," kata Ganjar yang langsung dikerubungi warga untuk foto bersama.