KOMPAS.com - Mbah Bandiyem, satu-satunya penjual buah asongan yang berjualan di Kompleks Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (15/6/2019) malam tutup usia.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang turut kehilangan sosok Mbah Bandiyem, takziah ke kediaman almarhumah di Dusun Topeng, Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (16/6/2019) petang, seusai berkegiatan di Yogyakarta.
"Mbah Bandiyem itu sangat baik orangnya. Buat anak dan saudara yang ditinggal yang rukun, jangan berebut warisan, rukun juga dengan tetangga agar tentram hidupnya. Semua sama Mbah Bandiyem itu cinta)," kata Ganjar dalam bahasa Jawa.
Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima dijelaskan, Mbah Bandiyem meninggal setelah sebulan sebelumnya sakit akibat kecelakaan.
Baca juga: Berkunjung ke Pekalongan, Gubernur Ganjar Redakan Amarah Warga
Sempat dirawat di ortopedi tradisional, Mbah Bandiyem kemudian menjalani perawatan di rumah Pleburan, Semarang didampingi anaknya, Sani Sarah (45), hingga akhirnya Mbah Bandiyem dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
"Permintaan terakhir simbok (ibu), pengen dimakamkan di dekat ibu dan saudara-saudaranya di Klaten. Simbok juga memberi alasan, agar anak-anaknya tetap mengingat kampung halaman, karena kini anak-anaknya berpencar, tidak hanya di Klaten," kata Sani.
Ada rasa campur aduk yang dialami sanak dan kerabat Mbah Bandiyem, termasuk Sani. Pasalnya, tepat lima hari sebelum kepergiannya, suami Mbah Bandiyem telah mendahului menemui Sang Khalik.
Sedih karena kedua orangtuanya telah tiada, di satu sisi juga takjub karena sedemikian lekatnya rasa tresna (cinta) kedua orang tuanya itu.
"Meski sama-sama di Semarang, simbok dan bapak tidak tinggal satu rumah karena pekerjaan. Bapak (tinggal) di Jalan Borobudur Raya No 78 Manyaran, simbok di Pleburan. Tapi setiap seminggu sekali, beliau berdua ketemu. Simbok nyuwun dimakamkan dekat ibu dan saudara, meski bapak dimakamkan di Semarang," paparnya.
Baca juga: Cerita Ganjar yang Bujuk Pengemis Tua untuk Pindah ke Panti
Mbah Bandiyem berjualan di Halaman Kantor Gubernur Jateng sejak 1955. Lima generasi gubernur "dikawal" Mbah Bandiyem. Dari sekian gubernur, Mbah Bandiyem semasa masih hidup mengaku gubernur yang paling diidolakannya adalah Ganjar Pranowo.
Bisa dikatakan tidak ada pegawai di lingkungan Pemprov Jateng yang tidak kenal sosok Mbah Bandiyem. Bahkan pada halalbihalal Lebaran 2018, Mbah Bandiyem jadi tamu istimewa Ganjar Pranowo di Kantor Gubernur.
Maka dari itu, sebelum pamit Ganjar meminta izin kepada pihak keluarga untuk mengabadikan nama Mbah Bandiyem sebagai nama komunitas motor Gubernuran, yakni "Group Montoran Bandiyem."
"Minta izin, karena sayangnya kawan-kawan dengan Mbah Bandiyem, ingin menjadikan namanya sebagai nama klub motor, Group Montoran Bandiyem," pinta gubernur.
Baca juga: Atasi Konflik Tambakrejo, Ganjar Duduk Bersama dan Mendengarkan Warga
Ganjar menambahkan, dengan membawa nama Mbah Bandiyem, komunitas motor tersebut akan menebar spirit persaudaraan dan kekeluargaan yang salah satu agendanya adalah wisata hati.
Wisata hati yang dimaksud adalah berkeliling mengendarai motor dengan menyambangi lansia terlantar, anak yatim, serta warga tidak mampu di penjuru Jateng.