KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan dampak jika sekolah tidak baik adalah kualitas anak didik. Untuk itu, keberadaan tim penilai satuan pendidikan atau asesor berkualitas wajib dipenuhi.
Tak cuma asesor, kenyamanan peserta didik juga harus diutamakan. Hal ini hanya bisa didapat jika sarana dan prasarana, teknik mengajar guru maupun kondisi sosiologis sekolah mendukung kegiatan belajar mengajar.
"Anak-anak adalah investasi pertama kita. Makanya, para asesor ini harus bisa menilai dan melihat, jika ini penting ya kita harus menata politik pendidikan yang lebih besar," katanya Ganjar Pranowo.
Ganjar sendiri menyampaikan itu selepas menutup Pelatihan Refreshment Asesor Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non Formal (PNF) Jateng Tahun 2019 Angkatan II, di Hotel Grandhika Semarang, Minggu (12/5/2019).
Terkait acara tersebut, Gubernur Jateng tak sungkan untuk memuji beberapa pembaruan yang dilakukan para asesor di PAUD. Terutama terhadap perubhan pola akreditas
"Pola akreditasi PAUD yang mulanya compliance (pemenuhan) kini jadi performance. Ini cara baru yang menarik. Dengan begini PAUD maupun lembaga non formal ini bisa terpantau minimal untuk pendidikan yang sangat dasar ini bisa membentuk karakter," kata Ganjar.
Makanya Ganjar berharap para asesor tersebut bisa menilai performance (kinerja) dari PAUD maupun sekolah non formal degan baik
Adapun untuk akreditasi PUAD, Anggota BAN PAUD dan PNF Pusat, Bahruddin yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, dengan akreditasi yang lebih menekankan pada aspek performance maka jadi lebih mudah untuk mengukurnya.
"Dahulu seluruh satuan pendidikan selalu pusing jika akan ada visitasi, tapi pada akreditasi kali ini tidak. Karena tidak ada lagi peninjauan dokumen karena sudah dipenuhi pada aplikasi sebelumnya," ujarnya.
Dengan demikian, Bahruddin menjelaskan, pihak sekolah tidak perlu lagi mempermasalahkan keberadaan sarana maupun prasarana sebagai indikator penilaian akreditasi.
Karena dalam penilaiannya, sarana prasarana lebih pada fungsi bukan fisiknya. Bahkan jika terpaksa harus belajar di sawah tidak ada persoalan.
"Karena meskipun punya bangunan fisik bagus tapi pola dan sistem pembelajarannya tidak berjalan semestinya ya percuma. Tapi jika ekstrimnya tidak punya gedung tapi pembelajaran berlangsung sangat baik dan aplikatif ini nilai akreditasinya bisa sangat tinggi," bebernya.
BAN PAUD dan PNF pun telah menerjunkan 512 asesor di seluruh Jateng untuk menyebarkan sistem aplikasi akreditasi yang baru, yang sudah berubah dari paradigma lama. Dia yakin, dengan penerapan pola penilaian seperti itu pendidikan usia dini di Indonesia akan berhasil.
"Gerakan ini orientasinya untuk pencerdasan anak bangsa yang langsung masuk pada substansi bukan sekadar fisiknya," paparnya.