KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) resmi menerapkan pendidikan karakter dan antikorupsi kepada para pelajar di sekolah. Jateng pun menjadi pionir dalam upaya mitigasi korupsi sejak usia dini di Indonesia.
Langkah yang diambil Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menerapkan pendidikan karakter dan antikorupsi itu mendapat apresiasi dari banyak pihak. Sejumlah pakar hukum di Jateng mengacungi jempol atas langkah progresif Ganjar tersebut.
Pakar hukum sekaligus Rektor Universitas Diponegoro Johan Utama mengatakan, apa yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah merupakan langkah kongkret dalam upaya pencegahan praktik korupsi.
Kata dia, dengan pendidikan karakter dan antikorupsi yang diberikan kepada pelajar, maka ke depan generasi penerus bangsa itu akan menjadi agen perubahan dan aktor untuk menghilangkan praktik korupsi di Indonesia.
"Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Gubernur Jateng dalam upaya mitigasi korupsi sejak dini. Pendidikan karakter dan antikorupsi kepada anak-anak sejak usia dini memang sangat penting dilakukan saat ini," kata dia di Semarang, Selasa (9/4/2019) seperti dalam keterangan tertulisnya.
Yos Johan menambahkan, pihaknya secara pribadi maupun institusi Undip akan mendukung penuh upaya Gubernur untuk pembelajaran antikorupsi sejak usia dini. Dirinya menegaskan siap membantu penuh Pemprov Jateng jika memang dibutuhkan.
"Kami akan dukung penuh untuk tercapainya tujuan dari pendidikan karakter dan antikorupsi ini," tegasnya.
Di lain sisi, Pakar Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES), Ali Masyar mengatakan, pendidikan antikorupsi memang sudah lama dicanangkan oleh KPK. Jika sekarang Jateng menerapkannya, maka itu hal yang sangat positif.
"Ini gayung bersambut, kebijakan Gubernur Jateng tentang pentingnya pendidikan antikorupsi ini menjawab cita-cita KPK. Ini sangat positif sekali," kata dia.
Berantas korupsi sejak usia dini
Ali yang juga menjabat staf ahli Rektor UNNES bidang hukum ini menambahkan, selama ini korupsi itu masih sekitar suap, mengambil uang rakyat atau jual beli jabatan. Padahal lanjut dia, bibit-bibit korupsi telah terjadi sejak anak usia dini.
"Penyadaran-penyadaran pada anak itu yang sangat penting dilakukan. Misalnya hal-hal kecil saja, menyontek, ingin memperoleh nilai baik secara instan, tidak peduli dengan proses dan berbohong. Itu semua sebenarnya bibit-bibit perilaku korupsi," ucap dia.
Nah kalau hal-hal kecil semacam ini dibiarkan, lanjut Ali Masya, tentu karakter ke depan akan terbentuk buruk. Makanya saya sangat mendukung penuh penerapan pendidikan antikorupsi kepada anak sekolah ini.
Ali pun menilai meski baru proses uji coba dan hanya memasukkan pendidikan antikorupsi pada setiap mata pelajaran, langkah Jateng menerapkan pendidikan karakter dan antikorupsi di sekolah sudah sangat progresif.
"Harapan saya ke depan tidak hanya dimasukan pada mata pelajaran, namun bisa dibuat kurikulum sendiri tentang pendidikan antikorupsi. Harus ada blue print-nya, agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan," tutupnya.
Sekedar diketahui, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo telah menandatangani Peraturan Gubernur (Pergub) tentang pelaksanaan pendidikan karakter dan antikorupsi di sekolah-sekolah. Bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jateng menjadi provinsi pertama yang menerapkan program itu.
"Jadi tahun ini per Juni 2019 ada 10 provinsi yang mulai menerapkan kurikulum pendidikan antikorupsi. Kami para gubernur diminta membuat Pergub-nya, dan kayaknya Jateng yang pertama karena Pergub sudah saya teken pekan lalu,” kata Ganjar saat meninjau UNBK di SMAN 1 Maos, Cilacap, Senin (8/4/2019) kemarin.
Baca juga: Jateng Terapkan Pendidikan Antikorupsi di 23 Sekolah
Untuk pelaksananya, Pemprov Jateng telah menunjuk 23 sekolah di 23 kabupaten/kota sebagai piloting sekolah penyelenggara pendidikan berintegritas yang melaksanakan program pendidikan antikorupsi. Ke-23 sekolah SMA dan SMK inilah yang akan menjadi titik penerapan pendidikan antikorupsi.