PATI, KOMPAS.com - Ali Badruddin (53) tampak terharu. Tidak pernah dalam benaknya bakal menerima perhatian dari pemerintah, terutama terkait dirinya sebagai seorang guru ngaji.
"Tidak menyangka, pemerintah memberi perhatian pada kami. Kami ini siapa sih, cuma guru ngaji. Senang, tapi rasanya gimana gitu," kata Badruddin (53) guru ngaji asal Gabus, Kabupaten Pati, saat menerima bisyaroh ( insentif) dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Rabu (27/3/2019) di GOR Kabupaten Pati.
Meski terus tersenyum, Badruddin terbata-bata ketika diminta mengungkapkan perasaannya setelah menerima buku tabungan berisi nominal insentif yang diserahkan secara langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Badruddin telah mengajar mengaji selama 23 tahun. Sebagai lulusan Pondok Pesantren Sendang Senori Tuban, Jawa Timur, dirinya dianggap mumpuni dalam penguasaan ilmu agama. Karena itulah, oleh para tetangganya dir diminta mengajar pada 1996.
"Ini memang apresiasi dari pemerintah agar kami bisa profesional membimbing santri. Baru kali ini," ujar Badruddin.
Hal itulah yang membuatnya terharu. Meskipun tercantum dalam daftar guru mengaji di Kemenag dan sempat menerima kabar lewat pesan WhatsApp sehari sebelum acara, Badruddin awalnya tak menghiraukan undangan tersebut. Sampai akhirnya, kawannya menyambangi dan mengajak berangkat.
Badruddin pergi bersama 5000 guru ngaji asal Pati yang menerima insentif sebesar Rp 1,2 juta selama satu tahun. Insentif itu dibagikan per triwulan.
Menurut Badruddin, jika dihitung uang sebesar itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Namun, dia sama sekali tidak mempersoalkan hal tersebut. Baginya, ini bukan persoalan cukup atau tidak cukup.
"Secara matematis tidak cukup. Tapi, kok masih mau memikirkan ustadz dan ustadzah, yang selama ini mengajar mengaji itu karena diniatkan, lillahi ta'ala. Lalu, kami diberi bisyaroh, ya alhamdulillah. Diberi sedikit, yang pasti berkah. Kami tidak pernah menjadikan uang sebagai tujuan, tapi berjuang. Semuanya tetap alhamdulillah," ucap Badruddin.
Dukungan pemprov
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memang telah mengalokasikan anggaran insentif untuk guru Madrasah Diniyah (Madin), TPQ, guru ngaji dan pengasuh pondok pesantren. Insentif diberikan melalui dana hibah dengan total sekitar Rp 205 miliar.
Hingga saat ini tercatat sudah ada 171.131 orang yang terdaftar menerima insentif tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, pemberian dana itu sebagai bentuk dukungan pemprov agar terhadap guru madrasah semakin bermutu dan profesional mendidik generasi masa depan.
"Dulu, waktu masih bersama Gus Yasin kami punya niat, jika kelak terpilih memimpin Jawa Tengah, ayo bantu guru-guru ngaji. Karena perjuangan guru-guru madrasah dalam mendidik anak-anak kita sangat luar biasa. Ini penghormatan kami kepada panjenengan, semoga berkah," kata Ganjar.
Ganjar menjelaskan, pemberian insentif itu merupakan janji politiknya saat berkampanye bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen pada Pilgub 2018 silam. Saat itu dia bertekad membantu guru ngaji yang hanya berpenghasilan Rp 100 ribu per bulan dan ini kali pertama insentif itu diberikan.
"Sudah menitipkan anak-anak sehingga tahu agama, bisa ngaji, mengerti tentang berislam dengan baik dan bisa menyampaikan Islam rahmatan lil alamin, betul-betul bisa diwujudkan. Kami hanya menyampaikan terima kasih. Kami tak bisa memberikan banyak, tapi itu rasa cinta kami kepada mereka, yang kami malu sebenarnya karena terlalu sedikit. Tapi, dengan itu semoga jadi ikhtiar kita untuk memperhatikan mereka," ucap Ganjar.