KOMPAS.com - Batik memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Namun, ada yang unik dari batik yang dikenakannya pada Rabu (13/2/2019).
Batik berwarna merah maroon yang dipakainya untuk bertugas dihari itu memiliki tulisan di bagian leher belakangnya.
Tulisan putih di bagian leher berbunyi ‘SLB Negeri I Pemalang’ tersebut cukup mencolok sehingga orang di samping atau belakang Ganjar pasti melihatnya.
Orang yang pertama mengomentari batik tersebut adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Manardo.
Saat menghadiri Rapat Koordinasi BPBD se-Jawa Tengah di Semarang, Doni terlihat tertarik dengan batik yang dikenakan Ganjar.
“Iya, ini batik yang dibuat oleh teman-teman difabel dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri I Pemalang. Tadi pak Doni tertarik dan menanyakan batik yang saya pakai ini. Kata dia, batiknya keren, bagus,” ucap Ganjar saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (13/2/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Gubernur Jawa Tengah dua periode ini memang dikenal sangat mengapresiasi karya-karya difabel di Jawa Tengah. Beberapa kali, Ganjar mengaku membeli hasil-hasil karya anak-anak difabel yang sangat menarik.
“Saya itu penggemar batik, kerajinan, apalagi kalau karya itu dihasilkan oleh teman-teman difabel, bagi saya itu memiliki makna luar biasa,” terangnya.
Setiap dirinya datang ke berbagai acara, Ganjar selalu ditawari karya oleh kelompok masyarakat difabel itu. Dirinya menceritakan pernah membeli batik ciprat karya anak-anak tunanetra yang sangat bagus dan memiliki nilai seni tinggi. Ia juga pernah membeli handycraft yang dibuat penyandang difabilitas lainnya.
“Dulu yang batik ciprat juga saya jahit dan saya pakai sehari-hari. Sekarang ini saya dapat terus ada tulisannya ini, sengaja tidak saya hilangkan dan saya minta penjahit saya untuk buat. Ini yang buat SLB Negeri I Pemalang,” tuturnya.
Apa yang dilakukannya itu ternyata memiliki efek yang bagus. Banyak sejawat Ganjar Pranowo yang tertarik dengan batik yang dikenakannya, terutama yang buatan anak-anak difabel.
“Ada teman-teman dari Jakarta yang tertarik kemudian saya kasih. Mereka semuanya senang, bahkan ada yang meminta alamat pembuat batik ini. Jadi saya pakai ini juga promosi,” tegasnya.
Ganjar menerangkan, karya masyarakat dengan berkebutuhan khusus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak karya yang dihasilkan sangat bagus dan tidak kalah saing dengan produk yang dibuat oleh masyarakat pada umumnya.
“Untuk itu, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan mengapresiasi karya mereka dengan membeli atau memakai produk hasil kerajinan mereka. Itu yang selama ini saya lakukan. Maka dari itu, saya pesan kepada masyarakat, mari kita apreiasi karya anak bangsa ini. Caranya bagaimana? ya tukunen (beli saja),” tambahnya.
Menurut Ganjar, para penyandang difabilitas itu butuh ruang dan apresiasi. Maka kalau hal itu dapat diwujudkan, maka keberadaan para difabel itu akan terus ada, diakui dan eksis.
“Harapannya mereka bisa hidup mandiri di kelak kemudian hari, dan bisa memproduksi karya-karya terbaiknya,” pungkasnya.