KOMPAS.com – Guna mengatasi sering tidak efektifnya operasi pasar biasa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Direktur Utama Bulog Budi Waseso meluncurkan operasi pasar gaya baru.
Ganjar menyebut operasi pasar gaya baru karena Pemerintah provinsi (Pemprov) Jateng langsung bekerja sama dengan kepala desa. Komoditas yang disalurkan dalam operasi pasar ini adalah beras kualitas medium dengan harga murah.
Bulog akan langsung mendistribusikan beras tersebut ke kios, warung, koperasi, atau badan usaha milik desa (Bumdes), sehingga tidak lagi dikirim ke pasar.
Terkait distribusi beras, selain Bulog, Kepala desa ditunjuk menjadi penanggungjawab distribusi beras.
Dalam pelaksanaannya, operasi pasar menggandeng juga Polda Jateng. Bersama Pemprov Jateng dan Bulog Jateng, kepolisian akan mengawasi pengiriman dan penjualan beras ke masyarakat.
Ganjar pun berharap peluncuran ini bisa menjadi solusi terhadap ketidakefektifan operasi pasar pada umumya.
"Selama ini operasi pasar biasa seringkali tidak efektif karena beras langsung dibeli tengkulak sehingga masyarakat sasaran tidak menikmati," kata Ganjar dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima.
Peluncuran beras murah ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemprov Jateng dan Perum Bulog pada Kamis (22/11/2018) di Gedung Gradhika, Kompleks Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang.
Dengan konsep ini, harga beras bisa ditekan. Di pasar, harga beras kualitas medium bisa mencapai Rp 10.000, bahkan Rp 11.000 per liter.
Melalui cara baru ini, Bulog menetapkan harga antara Rp 8.500 sampai maksimal Rp 9.000 per liter. Dengan demikian, Jateng pun menjadi pionir distribusi beras murah untuk rakyat.
“Kalau Jateng berhasil akan dilanjutkan ke seluruh Nusantara. Saya minta seminggu ini kita geber lalu evaluasi sehingga didapatkan pola yang semakin bagus,” ucap Ganjar.
Sumber beras yang didistribusikan menggunakan cadangan beras pemerintah. Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyebut, cadangan beras saat ini mencapai 1,2 juta ton. Ia menargetkan 700 ribu ton bisa diserap di Jateng.
“Setidaknya lima ribu ton perhari bisa langsung kami drop ke desa-desa,” tegas Buwas, sapaan akrab Dirut Bulog.
Pemilihan Jateng ini menurut Buwas karena provinsi yang dipimpin Ganjar telah menjadi daerah percontohan terkait keberhasilannya dalam pengendalian pangan nasional.
Terbukti, untuk kali ketiga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendapatkan penghargaan Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terbaik secara berturut-turut dari tahun 2015 sampai dengan 2017.
“Maka saya tetapkan pilot project di Jateng. Saya yakin berhasil dan pasti akan menyebar ke lain daerah," kata Buwas.
Pada acara peluncuran tersebut turut hadir 700 kepala desa di Jateng. Salah satunya Kades Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, Saifudin.
Menurutnya, operasi beras ini bakal mengeliminasi pedagang-pedagang nakal yang dia sebut sebagai 'pemain'.
"Nanti saya akan menggerakkan RT dan RW. Operasi pasar nantinya bisa menggunakan dengan pembagian kupon bazar," katanya.
Di wilayahnya Saifuddin mennyampaikan terdapat sekitar 2.000 kepala keluarga dari berbagai kalangan. Untuk operasi pasar ini, dia mengaku tidak membatasi dan mempersilakan siapapun bisa menjangkau.
"Untuk tahap awal nanti sepertinya saya akan minta sekitar 3 ton. Kemungkinan bisa bertambah di tahap selanjutnya,” tegasnya.