KOMPAS.com – Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, sampah bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi rakyat.
Menurutnya, sampah bukan lagi barang sisa yang tidak berguna, tetapi merupakan sumber daya yang memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan.
"Pemulung, pemanfaat sampah, bank sampah, dan lainnya bisa jadi dalam penyerapan tenaga kerja kita dapat mencapai 4,4 juta lapangan kerja,” ujar Setiawan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (8/6/2023).
Oleh karena itu, sebut dia, masyarakat Jabar harus mengubah mindset terkait sampah sebagai barang yang bermanfaat.
Baca juga: Viral, Video Sampah Menumpuk di Pinggir Jalan, Pemkot Tangerang Buka Suara
"Ada dua hal terkait hal tersebut, yaitu rich mindset dan poor mindset. Sebagai manusia, harus bisa berpikir apa yang sebenarnya dibutuhkan bukan hanya sekadar ingin tetapi tidak terpakai," paparnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Setiawan saat menghadiri Workshop "Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pengendalian Perubahan Iklim, Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Rakyat" di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (7/6/2023).
Setiawan menuturkan, permasalahan sampah harus disikapi dan dikelola dengan baik.
Sampah tidak dikelola dengan baik, sebut dia, akan berdampak pada lingkungan. Contohnya, sampah membusuk yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan gas metana yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca juga: Mengenal Emisi Gas Rumah Kaca yang Sumbang Laju Pemanasan Global
“Ini sebetulnya yang perlu kita cegah,” imbuh Setiawan.
Ia mengungkapkan, Indonesia mempunyai potensi melepas metana kurang lebih sebanyak 126 juta ton yang akan memengaruhi perubahan iklim.
Sementara itu, pemanfaatan metana di tempat pembuangan akhir (TPA) Jabar baru mencapai 0,13 ton.
“Jadi kita masih banyak yang harus dikejar untuk dimanfaatkan supaya pelepasan dari metana tidak memperburuk keadaan,” ujar Setiawan.
Setiawan menjelaskan, sampah organik dapat digunakan sebagai kompos dan ternak maggot.
Baca juga: Pj Wali Kota Tasikmalaya Fokus Tangani Sampah, Jalin Kerja Sama dengan Peternak Maggot
Apabila dilihat potensinya untuk maggot, kata Setiawan, makanan dari sampah bisa bermanfaat kurang lebih 543 ton dalam satu bulan.
“Artinya kalau itu kita beri makan maggot juga ke hewan, ternak kita pun akan terpuaskan dengan makanan itu. Kita lihat kompos di Jabar punya potensi sekitar 13.000-an ton per harinya,” tuturnya.
Setiawan meyakini, jika pupuk kompos dan maggot bisa dimanfaatkan dengan benar akan memiliki sumber daya, baik untuk lahan penyuburan tanah maupun pakan ternak.
Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Pemantauan dan Evaluasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) Ari Subasri mengatakan, pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya menerapkan pola pengolahan sampah.
Baca juga: Wali Kota Shanghai Kunjungi Heru Budi, Bahas Tata Kota hingga Pengolahan Sampah
Pola pengolahan sampah tersebut, kata dia, awalnya menitikberatkan kegiatan di pemrosesan akhir dan penerapan ekonomi menjadi pengelolaan sampah berkelanjutan, base to resource.
"Sampah juga dikelola menjadi sumber energi serta menerapkan prinsip pengelolaan sampah nol emisi dalam rangka mencapai Zero Waste 2040 dan Zero Emission 2050 atau bisa lebih cepat," imbuh Ari.
Dengan demikian, lanjut dia, ke depan pengelolaan sampah di daerah tidak dapat terus dilakukan secara konvensional, melainkan harus dengan teknologi yang mumpuni.
Sebagai informasi workshop tersebut diselenggarakan berkat kolaborasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kodam III Siliwangi, dan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jabar.