KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mewisuda 4.095 anak muda dalam program Petani Milenial di Gedung Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Jabar, Selasa (30/5/2023).
"Hari ini kami mewisuda 4.095 petani milenial yang masuk kriteria berhasil mengikuti pendampingan secara penuh kemudian mendapat perubahan dari sisi ekonomi dengan empat kategori," tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa.
Adapun empat kategori tersebut, yaitu wisuda pemula dari nol, kategori lanjutan sudah memulai tapi belum maksimal, kategori madya sudah sukses tinggal diperbesar, dan petani utama yang jadi inspirator petani milenial.
Petani Milenial merupakan salah satu program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar untuk meregenerasi tenaga kerja di sektor pertanian.
Baca juga: Cuaca Panas Ancam Ketahanan Pangan dan Sektor Pertanian Indonesia
Program yang diluncurkan pada Maret 2021 tersebut menjaring pemuda berusia 19-39 tahun untuk diberikan akses permodalan hingga pembeli hasil panen (offtaker).
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan, program Petani Milenial merupakan komitmen pihaknya untuk meregenerasi para petani dengan tagline 'Tinggal di desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia'.
“Sejak diluncurkan pada Maret 2021, program ini telah berhasil menggembleng 6.545 peserta dari berbagai sektor,” imbuhnya.
Berbagai sektor tersebut, di antaranya Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar 1.061 peserta (9 komoditas), Dinas Perkebunan Jabar 1.350 orang (14 komoditas), Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Jabar 1.333 orang (12 komoditas), Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Jabar 3.765 orang (60 komoditas), dan Dinas Kehutanan 802 orang (27 komoditas).
Baca juga: Kisah Sukses Petani Milenial di Pacitan, Ekspor Gula Aren ke Kanada dengan Omzet Belasan Juta Rupiah
Sejak program Petani Milenial dikenalkan, Kang Emil mengaku, terjadi peningkatan pendaftar, dari angka 4.000 peminat melonjak menjadi 30.000 orang.
Meski terjadi lonjakan, kata dia, tidak semua pendaftar lolos sebagai peserta karena ada tahap seleksi, seperti umur hingga kalaikan.
"Ini menandakan Petani Milenial sangat diminati sebagai jawaban akan menjadi sumber pertahanan pangan agar dijauhkan dari krisis pangan dan membuktikan regenerasi petani akan terjaga," ucap Kang Emil.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Petani Milenial bukan program karpet merah atau program memberi gaji.
Baca juga: Pemeriksaan Pejabat Dinkes DKI yang Umbar Gaji Segera Berakhir, Akankah Kena Sanksi?
Artinya, sebut Kang Emil, para peserta turut menentukan masa depan bisnisnya dengan dibantu beragam fasilitas dari Pemprov Jabar.
"Program ini bukan program memberi honor atau gaji peserta. Jangan salah persepsi, bukan program karpet merah yang dijamin sukses, karena tugas pemerintah ini membersamai berhasil tidaknya tergantung kerja keras keberuntungan dan konsisten peserta," tuturnya.
Kang Emil mengungkapkan bahwa program Petani Milenial tak menjamin keberhasilan.
Namun setidaknya, kata dia, kegagalan itu bisa menjadi bagian dalam perjalanan petani muda untuk mencapai titik sukses.
"Terbukti sebagian pernah mengalami kegagalan tapi tidak menyalahkan siapa-siapa, karena kegagalan bagian dari proses yang harus dilalui untuk bangkit lagi dan akhirnya sukses. Contoh petani teh di Ciamis, dari omzet hanya Rp 1 juta bisa mencapai Rp 40 juta dan terus naik hingga sekarang," jelas Kang Emil.
Baca juga: Richard Lee Bicara Omzet Usai Jadikan Inara Brand Ambassador
"Ini harus dimotivasi keberhasilan, jangan hanya pada saat ada satu kegagalan jadi viral seolah-olah digeneralisasi programnya tidak berhasil atau pencitraan. Minat ini menunjukkan bahwa program ini masuk ke logika mereka yang bersemangat," tambahnya.