KOMPAS.com - Fungsi Taman Kota di DKI Jakarta sebagai paru-paru kota ternyata dapat dimanfaatkan banyak warga untuk beraktivitas.
Tidak hanya sebagai sarana rekreasi atau melepas penat, keberadaan taman di DKI dimanfaatkan banyak komunitas melakukan kegiatannya. Hal ini diakui Lydia Grace Carla (36).
Lydia Grace yang merupakan salah satu anggota komunitas olahraga Freeletics, Indo Sweat Camp (ISC) di Kelapa Gading mengatakan, ia bersama rekan-rekannya memilih Taman Jogging Boulevard Kelapa Gading sebagai lokasi latihan.
“Orang datang ke sana biasanya memang untuk olahraga. Kalau pagi ada bapak-bapak atau ibu-ibu yang ikut taichi atau line dance. Lalu ada karate serta Sabtu dan Minggu ada aerobik," kata Warga Cilincing, Jakarta Utara tersebut, Minggu (27/10/2019).
Freeletics adalah aplikasi olahraga yang menggunakan metode High Intensity Interval Training (HIIT) untuk membakar kalori. Aplikasi ini bisa diaplikasikan kepada individual maupun secara tim di rumah, di taman, dan di mana saja.
Baca juga: Ini Lima Taman Kota di Surabaya yang Cocok untuk Ngabuburit
Menurut Grace, Taman Jogging yang lokasinya di seberang Mal Kelapa Gading tersebut cukup luas untuk menampung anggota komunitas, meski pengunjung di sana sedang padat-padatnya.
"Apalagi di Taman Jogging tempatnya bersih, nyaman, adem, menyediakan colokan listrik, tempat sampah, kamar mandi, dan tentunya parkir mobil dan motor," katanya.
Belum lagi di taman tersebut, juga ada alat-alat yang menunjang aktivitasa berolahrga seperti pull bar, monkey bar, alat untuk push up dan tempat untuk anak-anak memanjat.
"Anak ISC biasanya juga pakai pull bar buat latihan bahu, misalnya,” jelas Grace, tentang taman yang diresmikan pada 25 Januari 2014 itu.
Besarnya antusias para pegiat Indo Sweat Camp mendorong Grace membuka tempat latihan lain di Jakarta Pusat. Lagi-lagi, Taman Kota yang jadi pilihan, yaitu di Taman Lapangan Banteng.
Tak cuma Taman Lapangan Banteng, ia dan pegiat Indo Sweat Camp melakukan pula latihan di Taman Kerinci, Jakarta Selatan.
Meski hanya sesekali mengikuti latihan di Taman Kerinci, Grace menilai tempat ini sangat nyaman berolahraga meskipun tidak seluas Taman Jogging.
Sejauh ini, Grace mengaku puas dengan perawatan di Taman Jogging dan Taman Kerinci.
“Kalau pagi pasti dibersihkan, disapu, tanamannya disiram, kalau kami komplain karena tempatnya kotor pun petugas pasti sigap untuk membersihkan,” tambahnya.
Meski begitu, Grace menyayangkan sejumlah Taman Kota yang telajh direvitalisasi menjadi lebih bagus dan luas itu malah hanya dijadikan ajang foto atau selfie.
Menurutnya, akan lebih menarik lagi apabila ada kegiatan rutin di Taman Kota untuk menarik minat warga agar datang dan beraktivitas.
Lagipula, jika rutin diadakan kegiatan biasanya Taman Kota akan semakin ramai dan dengan sendirinya menjadi lebih terurus.
Baca juga: Tahun Ini, Pemprov DKI Akan Bangun 53 Taman Berkonsep Park
“Biasanya kegiatan itu diinisiasi warga yang dengan suka rela bergerak mengadakan acara sendiri. Kalau belum ada warga yang bersedia, mau tidak mau manajemen yang mengadakan," kata Grace.
Ia pun memberi masukan agar kegiatan yang diadakan di Taman Kota menyasar ke anak-anak. Apalagi mereka lebih senang bisa diajak bermain di taman.
" Taman kota umumnya belum banyak mengadakan kegiatan untuk anak-anak. Paling orangtuanya bawa bola atau raket. Lebih bagus lagi kalau ada kelas gambar atau apa di situ,” ucap nya
Apa yang diimpikan Grace sebenarnya sudah mulai diupayakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Apalagi Taman Kota menjadi salah satu pembangunan ruang ketiga yang massif dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Pembangunan yang dilakukan pun mengacu ke konsep Taman Maju Bersama atau Ruang Terbuka Hijau ( RTH).
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati mengatakan, pembangunan masing-masing Taman Maju Bersama disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
“Tidak ada kriteria khusus lokasi dalam membangun Taman Maju Bersama. Terpenting tujuan utama dibangunnya taman ini untuk menambah RTH sebagai tempat berinteraksi warga,” ujar Suzi, dalam keterangan tertulisnya pada Kompas.com,
Arah pembangunan RTH dan seluruh pembangunan taman di Jakarta adalah agar semua warga bisa mengakses dengan mudah, Jaraknya kurang lebih sekitar 300 meter dengan berjalan kaki.
Dengan demikian taman menjadi tempat pertemuan antar semua warga masyarakat dan pertemuan antar manusia dengan alam.
Selain pembangunan Taman Maju Bersama, pada 2019, Pemprov DKI Jakarta juga merevitalisasi dua jenis Taman Grande, yaitu Taman Mataram dan Taman Puring.
Revitalisasi kedua taman tersebut dilakukan pertama kali pada 16 Agustus 2019 dan ditargetkan selesai pada 15 Desember 2019.
Berbeda dengan Taman Maju Bersama yang benar-benar baru dibangun, konsep Taman Grande lebih menekankan untuk revitalisasi taman-taman berskala besar dengan tetap menjadi lahan retensi air.
Konsep tamannya adalah Fun Transit Park, yaitu sebagai tempat transit yang nyaman bagi para pedestrian karena terintegrasi dengan transportasi publik.
Selain untuk transit, Taman Grande mendukung RTH (ekologis) dan sarana bermain (playful), serta dapat diakses siapa pun termasuk berpenyandang disabilitas (inclusive).'
Baca juga: Kurangi Polusi Udara di DKI, Pemprov Akan Bangun 200 Taman Maju Bersama
Perlu diketahui, di berbagai wilayah lain di Jakarta, masih banyak Taman Kota yang berfungsi sebagai sarana bermain dan berinteraksi dengan warga walaupun tidak dirancang khusus sebagai tempat transit.
Taman tersebut adalah Taman Cattleya (di Jalan Letjen S. Parman, Jakarta Barat, atau tepatnya di lampu merah Tomang), Taman Lapangan Banteng (di Kawasan Gambir, Jakarta Pusat), Taman Suropati (di jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat).
Kemudian Taman Kalijodo (di Jalan Kepanduan II, sebelah Sungai Krendang daerah Penjaringan, Jakarta Utara), Taman Tebet (di Jalan. Tebet Timur Raya No.10, Jakarta Selatan).